TEMPO Interaktif, Padang - Puluhan wartawan di Sumatra Barat yang tergabung dalam Koalisi Wartawan Antikekerasan Sumbar memprotes kekerasan yang dilakukan aparat TNI AU terhadap wartawan saat meliput kecelakaan pesawat peserta Minang Aero Sport Show 2011 dari Malaysia yang jatuh di Perumahan Angkasa Pura II Kamis, 23 Juni 2011.
Hendra Makmur, juru bicara koalisi yang juga Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Padang, mengatakan saat itu wartawan dilarang mengambil gambar bangkai pesawat saat evakuasi. Bahkan pelarangan menjurus intimidasi dan kekerasan fisik, padahal wartawan mengambil gambar di luar police line dan area jatuhnya pesawat di area publik di perumahan warga.
"Saya dan beberapa rekan lain dilempari dengan batu dan kayu oleh anggota TNI AU. Padahal kami sudah pakai tanda pengenal dan sudah berteriak kami wartawan. Kameramen televisi dan fotografer yang mengambil gambar juga tidak dalam lokasi police line, tapi dari semak," kata Hendra Makmur, Rabu, 29 Juni 2011.
Kekerasan berupa fisik juga dialami wartawan Metro TV, Afriyandi. Ia diusir dengan galah yang mengenai lengan kirinya.
Ketua Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Sumatra Barat Rino Zulyadi mengatakan intimidasi juga terjadi saat meliput korban tewas pilot Zakaria bin Shaleh di Rumah Sakit Dr. M. Djamil Padang. "Anggota TNI AU meminta dengan keras kepada wartawan yang meliput agar menghapus gambar yang telah direkam," kata Rino Zulyadi.
"Kami punya rekaman video tindakan kekerasan TNI AU ketika itu, dan kami akan lampirkan itu sebagai bukti. Selain di TKP, pelanggaran juga terjadi di ruangan UGD RS M. Djamil, yaitu permintaan keras kepada wartawan untuk menghapus rekaman," katanya.
Koalisi Wartawan saat ini sedang menyiapkan surat protes kepada Komandan Landasan Udara Tabing Padang, Panglima TNI Angkatan Udara, DPRD Sumatra Barat, Komnas HAM, dan Komisi Satu DPR RI.
"Kenapa baru memprotes sekarang, karena untuk menghormati korban yang tewas kami tidak ribut-ribut saat TNI AU sedang sibuk mengurusi kecelakaan yang menimpa salah satu peserta asal Malaysia. Selain itu, kami juga sudah mengadukan kasus ini ke Dewan Pers," kata Hendra lagi.
FEBRIANTI