TEMPO Interaktif, Blitar - Peringatan Grebeg Pancasila di Kota Blitar, Rabu 1 Juni 2011, tak begitu meriah dibandingkan tahun lalu. Panitia memindahkan lokasi peringatan dari Istana Gebang ke rumah dinas walikota menyusul polemik penjualan rumah bersejarah itu oleh keluarga Bung Karno.
Grebeg Pancasila yang digelar untuk memperingati hari kelahiran Pancasila ini merupakan agenda tahunan Pemerintah Kota Blitar. Salah satu sesi acara yang paling ditunggu masyarakat Blitar adalah kirab atau pawai gunungan tumpeng yang diperebutkan warga. Mereka meyakini tumpeng yang dimakan akan membawa berkah tersendiri dari sosok Bung Karno, orang yang telah melahirkan Pancasila.
Meski dihadiri ratusan orang, suasana peringatan tahun ini agak berbeda dengan sebelumnya. Festival lampion yang biasanya diarak dari Istana Gebang di Kelurahan Bendogerit, Kecamatan Sananwetan, dialihkan ke rumah dinas Wali Kota Blitar, Samanhudi Anwar, di Jalan Sudanco Supriyadi.
Pemerintah berdalih ingin menjaga hubungan dengan keluarga Bung Karno yang sedang tertimpa persoalan terkait rencana penjualan rumah tersebut. “Ibarat bertetangga, tak enak jika meminjam rumah yang sedang bermasalah untuk melaksanakan pesta,” kata Kepala Bagian Humas Pemerintah Kota Blitar, Hadi Maskun, Rabu, 1 Juni 2011.
Hadi menjelaskan saat ini ahli waris Istana Gebang, rumah yang menjadi tempat tinggal Bung Karno sejak kecil hingga remaja bersama orang tuanya, sedang dalam status sengketa. Sebelas putra-putri Sukarmini, kakak kandung Soekarno, yang menempati rumah itu berbeda sikap soal rencana penjualan rumah tersebut kepada Pemerintah Kota Blitar.
Ketika transaksi dengan nilai jual Rp 35 milyar hampir dilaksanakan, salah satu ahli waris menolak meneruskan penjualan. Persoalan ini bahkan telah dilaporkan ke polisi oleh beberapa ahli waris yang kecewa dengan sikap saudaranya.
Karena alasan itu, Samanhudi memerintahkan lokasi peringatan hari lahirnya Pancasila dialihkan ke rumahnya. Alhasil, festival lampion diarak dari rumah dinas menuju kantor wali kota sejauh dua kilometer. Dilanjutkan dengan iring-iringan gunungan lima yang terbuat dari tumpeng raksasa. Jumlah gunungan ini menggambarkan lima dasar Pancasila yang menjadi dasar Negara Indonesia. Di penghujung acara, warga memperebutkan gunungan itu secara bebas setelah dilaksanakan kenduri Pancasila di Makam Bung Karno.
Hingga seluruh rangkaian Grebeg Pancasila yang dilaksanakan dua hari berturut-turut dan berakhir siang tadi, tak satupun keluarga Bung Karno tampak hadir. Menurut Hadi Maskun, Pemerintah Kota Blitar sudah menyampaikan undangan kepada mereka. “Mungkin sedang sibuk di Jakarta,” kata Hadi.
Supeni, 36 tahun, warga Kelurahan Bendogerit mengatakan perayaan Grebeg Pancasila kali ini lebih sepi dibandingkan tahun lalu. Pemindahan lokasi pawai dari Istana Gebang ke rumah dinas walikota menurut dia kurang pas dengan semangat peringatan. “Bagaimanapun, rumah Bung Karno masih lebih layak dibandingkan rumah walikota,” kata Supeni.
HARI TRI WASONO