TEMPO Interaktif, Jakarta - Para pecinta Bung Karno akan mengarak batu prasasti presiden pertama itu keliling Kota Surabaya pada Ahad, 5 Juni 2011 mendatang. Arak-arakan akan dimulai dari Jalan Mawar dan berakhir di sebuah rumah di Jalan Pandean IV/40 yang diyakini sebagai tempat kelahiran Bung Karno.
Penggagas kegiatan tersebut, Peter A Rohi, mengatakan bahwa arak-arakan itu sekaligus sebagai perayaan kelahiran Bung Karno. "Ini pertama kalinya kelahiran Bung Karno dirayakan bersama," kata Peter kepada Tempo, Rabu, 1 Juni 2011.
Peter menambahkan, Jalan Mawar dipilih sebagai start arak-arakan karena tempat tersebut pernah dipakai sebagai markas laskar pemuda pimpinan Bung Tomo. "Pada 1945, Bung Tomo memimpin apel laskar pemuda di tempat itu sebelum turun melawas Belanda," kata Peter yang juga seorang jurnalis senior.
Rencananya, arak-arakan itu akan diberangkatkan oleh putra Bung Tomo, Bambang Sulistomo. Setelah sampai di Jalan Pandean, prasasti dari batu keramik warna hitam tersebut disambut oleh Profesor Haryono yang sekaligus melepas selubung prasasti.
Selanjutnya prasasti penanda kelahiran Bung Karno itu akan ditancapkan di rumah itu. "Profesor Haryono ini cucu Tjokroaminoto, putra dari Ibu Utari (istri pertama Bung Karno)," ujar Peter.
Peter yakin bahwa Bung Karno dilahirkan di Kampung Pandean. Hal itu ia temukan dalam buku-buku yang terbit sebelum 1966. Di antaranya ialah Enseklopedia Indonesia terbitan 1955, 1985 dan 1999.
"Memang ada yang menyebut Bung Karno lahir di Blitar. Namun, dari penelusuran saya serta riset yang ada, beliau itu lahir di Surabaya pada 6 Juni 1901," papar Peter.
Dihubungi terpisah, Bambang Sulistomo menyambut baik ide perayaan hari lahir Soekarno. Menurutnya, masyarakat harus melihat Bung Karno sebagai manusia biasa yang memiliki jasa besar kepada Indonesia.
"Lihatlah Soekarno sebagai manusia yang berjasa bagi republik, jangan dilihat politiknya. Saya mendukung niat pecinta Soekarno yang ingin membuat tetenger kelahiran beliau," ujar Bambang.
KUKUH S. WIBOWO