TEMPO Interaktif, Magelang - Penderita HIV/AIDS di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, selama ini tercatat masih didominasi warga yang bekerja merantau ke luar, khususnya di wilayah sekitar Jawa Tengah.
Kepala Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang, Budi Suprastoto, mencatat dari 21 penderita yang tercatat positif menderita HIV/AIDS sejak tahun 2007 hingga 2011 ini, hampir 75 persen merupakan warga yang bekerja di luar kabupaten Magelang.
"Terdeteksinya saat sudah pulang ke Magelang, lalu diperiksa dan diketahui mengidap HIV/AIDS," kata Budi kepada Tempo, Senin, 30 Mei 2011.
Hingga Mei 2011 ini ada dua penderita yang ditemukan positif. Angka tertinggi dalam catatan dinas masih pada tahun 2009 yang ditemukan enam penderita. Jumlah ini kemudian turun di 2010 menjadi tiga penderita.
Dinas mencatat, setidaknya warga yang terkena AIDS itu merantau bekerja ke sejumlah daerah, seperti Cilacap, Jakarta, Semarang, dan DI Yogyakarta. Para perantau yang terkena HIV/AIDS tersebut terdiri dari berbagai macam profesi, mulai pembantu rumah tangga, buruh bangunan, hingga staf perkantoran.
Dari segi usia, pengidap HIV/AIDS di Kabupaten Magelang masih didominasi usia produktif, yakni 30-35 tahun.
"Sampai saat ini asal pekerja dari lima kecamatan, seperti Ngluwar, Mertoyudan, Ngablak, Secang, dan Borobudur," kata dia. Adapun di 16 kecamatan lain di Kabupaten Magelang belum pernah ada penemuan penderita HIV/AIDS.
Budi mengatakan penyebab dominan dari penularan HIV/AIDS para perantau ini adalah perilaku heteroseksual dengan kecenderungan berganti-ganti pasangan. "Mungkin karena tidak berada di kampung halamannya sendiri, jadi pergaulannya lebih bebas dan tidak hati-hati," kata dia.
Sementara itu, angka penderita HIV/AIDS di wilayah Kota Magelang sendiri dari tahun 2004 hingga 2011 ini hampir mencapai 70 penderita. Enam di antara penderita telah meninggal dunia.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Magelang, Pantja Kuntjara, sebelumnya menyatakan KPAD Kota Magelang berjanji akan meningkatkan sosialisasi bahaya penyakit HIV-AIDS ke masyarakat serta Unit Pelayanan Kesehatan (puskesmas, rumah sakit) dengan merancang program dan langkah-langkah untuk menanggulangi penyakit HIV/AIDS.
Sosialisasi itu di antaranya dengan pemberian materi 'screening' donor darah, sosialisasi ke sekolah-sekolah, rujukan kasus, penyebaran leaflet serta pembentukan tim teknis HIV/AIDS.
PRIBADI WICAKSONO