"Kami menyebutnya buku putih Ustad Abu, bersumber dari eksepsi Ustad Abu yang dibacakan 24 Pebruari lalu," kata Direktur Jamaah Anshorut Tauhid Media Center (JMC), Sonhadi, ketika dihubungi melalui telepon, Senin 18 April 2011.
Dalam buku itu Ba'asyir menuturkan perjalanannya menegakkan kalimat tauhid di Indonesia yang selalu dibayang-bayangi ancaman mati. Dia mencatat tadzkiroh (nasehat) buat penguasa, kaum muslim, dan non-muslim di Indonesia. Penjelasan syar'i terkait persoalan i'dad atau pelatihan militer di Aceh, yang selama ini Ba'asyir dituduh sebagai dalangnya, juga dia paparkan. "Ada banyak topik dikupas Ba'asyir dalam bukuitu," kata Sonhadi.
Persoalan makar adalah satu dari lima bahasan dalam buku Ba'asyir. Sidang yang dikenakan padanya adalah bentuk makar musuh-musuh Allah. elatihan militer di Aceh menurut dia sebagai i'dad yang diperintah Allah. Ba'asyir minta semua pejabat negara yang beragama Islam memahami tauhid dan dinul Islam, mengatur negara dengan syariat Islam jika ingin rakyat hidup tenteram dan damai. "Jika tak menegakkan syariat Islam, konsekuensi hukumnya adalah murtad," kata Sonhadi.
Ba'asyir juga usul agar Islam di Indonesia kritis terhadap pemerintah. "Beliau menghimbau masyarakat yang beragama selain Islam segera beralih ke Islam," kata Sonhadi.
Jamaah Ansharut Tauhid Media Center membedah buku karya Ba'asyir pada Minggu, (17/4) di Gedung Joeang 45 Menteng Jakarta Selatan. Pembicaranya Mahendradatta (pengacara Ba'asyir), Wawan H. Purwanto (pengamat), dan Sekjen Forum Umat Islam Muhammad Al Khaththath.
MAHARDIKA SATRIA HADI