TEMPO Interaktif, Sleman - Juru kunci Gunung Merapi yang baru Mas Lurah Suraksosihono tetap bekerja di Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. Ia tetap menjadi staf perpustakaan Fakultas Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas itu.
Usai dilantik sebagai juru kunci menggantikan ayahnya, Mbah Maridjan, Asih, panggilannya, menghadap Rektor UII Edy Suwandi Hamid untuk memberitahu secara formal soal penunjukan dia sebagai abdi dalem juru kunci Merapi.
Diterima di ruang kerja Rektor di gedung rektorat lantai 3, Asih menyampaikan surat resmi pemberitahuan. "Meskipun jadi juru kunci, saya tetap bekerja di UII," tegas Asih, Jumat (8/4).
Tugas baru itu dipastikan tidak akan mengganggu pekerjaannya sebagai karyawan perpustakaan, sebab acara-acara budaya keraton atau labuhan Merapi diadakan hanya satu kali. Ada labuhan ageng dan labuhan alit. Labuhan ageng diadakan setiap 8 tahun di tahun dal.
Tidak seperti saat pelantikan sebagai juru kunci yang memakai pakaian pranakan, saat menghadap rektor, Asih mengenakan baju panjang cokelat bergaris, celana halus dan bersepatu. Tak lupa pria 44 tahun itu memanggul tas ransel layaknya anak muda.
Asih menyatakan ia harus menghormati pekerjaan yang digeluti di UII selama 12 tahun itu. Terkait tugas juru kunci Merapi ini, ia meminta izin jika harus meninggalkan tugas barang sehari ketika ada labuhan.
Nama Asih itu sering ditulis di media massa hanya Asih, Sihono dan Asihono. Ternyata nama aslinya sejak kecil adalah Asih. Setelah menjadi abdi dalem keraton tingkat magang pada 1996, ia diberi nama Asihono hingga tingkat bekel anem. Tingkatan abdi dalem bekel sepuh tidak disandang oleh Asih. Tetapi langsung menjadi Mas Lurah karena menjadi juru kunci Merapi.
Rektor UII sudah mengizinkan secara tidak formal soal jabatan Asih sebagai juru kunci. Toh, kata Rektor, acara labuhan Merapi tidak sering dilakukan.
"Kalau ada acara sebagai juru kunci dan harus meninggalkan tugas di UII jelas kami izinkan. Kami juga bangga, salah satu keluarga besar kami dipercaya jadi juru kunci Merapi," kata Edy Suwandi Hamid.
UII berharap Asih bisa mengemban tugas dengan baik. Terutama, untuk mengedepankan logika dan ilmu pengetahuan di samping firasat. Selain itu, UII juga mempunyai lembaga penanggulangan bencana yang bisa diajak berbagi soal kebencanaan.
"Yang pasti Asih harus mengedepankan logika dan perkembangan teknologi kegunungapian, hal itu untuk meminimalisir korban jika ada erupsi," kata dia.
MUH SYAIFULLAH