TEMPO Interaktif, Yogyakarta - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Dr. KH Said Aqil Siradj menyerukan warga Nahdlatul Ulama tetap berpijak pada filosofi pesantren dalam gerakannya dan tidak terseret pada kepentingan politik praktis yang potensial menyebabkan perpecahan.
"Dengan mengusung jargon 'Kembali Ke Pesantren', diharapkan pemikiran, dan kearifan pesantren mampu menghadirkan pemikiran dan peran-peran NU lebih substansif dalam urusan kebangsaan dan kemasyarakatan," katanya dalam Rapat Pleno dan rapat Kerja Nasional PWNU di Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta, Ahad 27 Maret 2011.
Menurut Siradj menyeret organisasi ke politik praktis yang berorientasi kekuasaan cenderung mengundang keresahan dan perpecahan di kalangan Nahdliyyin. Kewajiban warga NU saat ini harus lebih ke arah peningkatan kerja sosial kemasyarakat. "Dibanding dengan urusan politik kekuasaan," kata Siradj.
Sementara itu Sekjen PBNU H. Marsudi Syuhud mengatakan melalui Rakernas ini akan dimulai lagi komunikasi dan menyatukan antara Jam'iyah dan Jama'ah NU, antara pengurus NU dan Nahdliyyin, dengan pesantren sebagai pusat gerakan.
Dalam sesi diskusi, muncul sejumlah kritik pada kalangan kyai yang dinilai kian perpandangan materialistis dan meninggalkan filosofi pesantren. Misalnya saja soal niat untuk berdakwah yang tergantung besar kecilnya uang transport dan lainnya.
Rakernas PWNU sengaja mengambil tempat di pondok pesantren sebagai simbol bahwa NU kembali ke rumah asalnya. Tak kurang 200 orang petinggi NU dari berbagai wilayah di Indoensia hadir. Seperti Musytasyar PBNU, Syuriya PBNU, Tanfidziyah PBNU, Lembaga dan Lanja dalam jajaran PBNU. Selain itu hadir juga Pengurus Pusat Badan Otonom NU seperti Muslimat NU, Fatayat NU, GP Ansor, Sarbumusi, Pergunu (Persatuan Guru NU), Pagar Nusa, IPNU dan IPPNU.
Acara rakernas PWNU akan dilakukan hingga besok Senin 28 Maret 2011 dan membahas berbagai isu-isu stategis seperti masalah politik, kebudayaan, dekadensi ekonomi politik, perekonmian nasional, kesejahteraan rakyat, persoalan multikultural dan minoritas, hingga poltik internasional paling mutakhir.
PRIBADI WICAKSONO.