TEMPO Interaktif, Subang - Rumah dinas dan pribadi Bupati Subang, Jawa Barat, dijaga ketat puluhan anggota Laskar Gotong Royong (Lasgo). Penjagaan dilakukan setelah Kamis malam (24/3) rumah pribadi milik Bupati Eep Hidayat digeledah tim penyidik Kejaksaan Tinggi Jawa Barat.
Berdasarkan pemantauan Tempo, puluhan anggota Lasgo dengan seragam khas celana hitam kaus merah dan ikat kepala serta yang berpakaian preman, tampak duduk-duduk di depan majelis taklim yang berada persis di depan rumah pribadi Eep di Jalan Sompi, Kelurahan Cigadeung.
Kondisi serupa juga tampak di rumah dinas Bupati Subang di Jalan Dewi Sartika. Pada bagian pintu gerbang rumah yang bersebelahan dengan kantor dinas bupati itu, tampak ratusan bambu runcing yang bagian ujungnya sudah dicat merah dijejerkan dalam posisi berdiri.
"Kami tak mau kecolongan lagi," kata salah seorang anggota Lasgo. "Kami siap mati mempertahankan Mang Eep (panggilan akrab Eep)."
Menurut mereka, akibat lengah, aksi penggeledahan tim penyidik Kejaksaan semalam tak terantisipasi, sehingga mereka bisa bebas masuk ke dalam rumah pribadi Eep.
Zaenal Abidin, alias Epid, salah seorang anggota Lasgo, terpaksa harus mendapatkan perawatan intensif di Rumah Sakit Ciereng, Kota Subang, setelah dirinya bentrok dengan puluhan petugas pelaksana aksi penggeledahan.
"Saya dipukuli, ditendang dan ditodong senjata api," kata Epid, saat ditemui Tempo, di ruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Ciereng, Jumat siang.
Saat penggerebekan dilakukan, Eep sedang tidak ada di rumah. Sedangkan isterinya, Nina, dan tiga anaknya dikumpulkan di ruang tengah. Nina dan tiga anaknya terus menangis dalam situasi ketakutan.
Bagian kening kanan Epid tampak memar, lengan kirinya memar dan bagan dadanya tampak memerah. "Saya mengalami sesak napas," ujar lelaki berperawakan jangkung dan besar itu. Pada bagian tangan kirinya, selang infus masih menempel. Sesekali Epid mengaduh kesakitan.
Menurut Epid, tim penggeledahan yang berjumlah 35 hingga 40 orang dengan menggunakan delapan kendaraan jenis mini bus tersebut, saat mendatangi kediaman Eep, berteriak-teriak "Tangkap Eep, tangkap Eep."
Tak satu pun dari tamu tak diundang itu mau memperkenalkan diri. "Mereka arogan, kejam dan sewenang-wenang," ujar Epid. Mereka menanyai Epid soal jumlah dan posisi rumah pribadi Eep dan kegiatannya.
Epid baru mengetahui bahwa yang melakukan penggerebekan ke rumah Eep itu tim Kejaksaan setelah dalam kondisi tak berdaya dibawa ke kantor Kejari Subang, di Jalan Mayjen Sutoyo. Di ruang kerja Kejari Subang, mereka memberikan surat perintah penggeledahan/penyegelan/penyitaan dan penitipan Nomor:Print-254a/0.2.5/Pd/03/2011 yang ditandatangani Slamet Riyadi, Asisten Pidana Khusus Kejati Jabar itu kepada dirinya.
"Tapi, anehnya mayoritas orang yang melakukan penggerebekan itu berpenampilan seperti preman yang dipersenjatai," kata Epid. Salah satu dari mereka mengumbar ancaman: "Eep sudah masuk dalam daftar pencarian orang dan bisa ditembak di tempat," kata Epid menirukan ucapan petugas penggeledahan itu.
Ajun Komisaris Besar Dadang Hartanto, Kepala Polres Subang, mengaku tak mengetahui ihwal adanya aksi penggeledahan di rumah pribadi Eep tersebut. "Saya hanya memerintahkan kepada anggota mengecek lokasi ketika mendengar ada raungan suara sirene," kata Dadang.
Ia juga tak memiliki informasi apa pun soal keberadaan Eep saat ini. "Saya tidak tahu," katanya. "Dan, soal proses hukum itu sepenuhnya merupakan hak Kepala Kejati Jabar."
Sampai Jumat siang informasi keberadaan Eep masih simpang siur. Ada yang mengatakan sudah ditangkap tapi tak sedikit yang menyebutkan Eep masih menjalankan tugasnya sebagai bupati.
NANANG SUTISNA