Usul evaluasi itu untuk menyikapi penolakan yang terjadi di Masjid Al-Mubarak, Bandung. Pengurus masjid milik kelompok Ahmadiyah itu menolak Imam dan Khatib shalat Jumat yang disodorkan oleh MUI Jawa Barat.
Sebelum adzan shalat Jumat negosiasi soal Imam dan Khatib itu masih berlangsung. Kelompok Ahmadiyah yang diwakili di antaranya oleh Amir Wilayah Jawa Barat Sofwan Ajengan, Amir Daerah Priangan Barat Dudun Basirudin Ahmad, menolak Iman dan Khatib itu untuk memimpin shalat Jumat di Masjid Al-Mubarak.
Soal penolakan itu, Juru Bicara Jamaah Ahmadiyah Priangan Barat Ahmad Rafiq Sumadi Gandakusumah mengatakan, menghargai niat itu, tapi terpaksa menolaknya kareana pengurus masjid sudah mempunyai jadwal paket Iman dan Khatib untuk setahun penuh. “Kami dengan berat hati tidak bisa menerima itu,” kata anggota tim penanganan Ahmadiyah itu.
Rafiq mengatakan, permintaan soal Imam dan Khatib shalat Jumat baru diterima kelompok itu kemarin. MUI Jawa Barat mengirimi surat yang diteken Rafani, yang isinya meminta shalat Jumat hari ini dipimpin oleh Imam dan Khatib yang ditawarkan MUI Jawa Barat.
Menurut Rafiq, dalam Peraturan Gubernur itu tidak ada diktum yang menyebutkan mengatur Imam dan Khatib bagi masjid yang dibangun kelompok Ahmadiyah. Pihaknya, katanya, menawarkan, agar mengambil waktu untuk pembinaan kelompoknya di luar waktu beribadah. “Khutbah kan 15 menit, tidak akan tersampaikan apa yang dijelaskan pada kami,” katanya.
Rafiq mengatakan, soal itu akan dilaporkan pada pengurus pusat Ahmadiyah. Dia meminta agar dibuka dulu ruang dialog sebelum melakukan niat itu.
Dalam negosiasi itu, sempat ditawarkan untuk Imam Shalat itu dari pihak kepolisian yakni Wakil Direktur Binamitra Polda Jabar Ajun Komisari Besar Endang Safarudin. Imam itu tetap ditolak kelompok Ahmadiyah.
Sejumlah pejabat sipil militer yang sudah siap melaksanakan shalat Jumat di masjid itu langsung bubar sesaat sebelum adzan berkumandang. Di antaranya, Kepala Polrestabes Bandung Komisaris Besar Jaya Subriyanto, Komandan Kodim 0618/BS Letnan Kolonel Yutfi Senjaya, serta Kepala Badan Kesbanglinmas Provinsi Jawa Barat Achadiat Suparman ketua Tim Penanganan Ahmadiyah langsung memasang sepatunya lagi untuk keluar masjid.
Tidak ada satupun pejabat itu yang mau berkomentar soal penolakan itu dengan alasan buru-buru mengejar waktu shalat Jumat. Achadiat saat dicegat, meminta agar bertanya langsung pada Rafani.
Ditemui di Sekretariat MUI Jawa Barat, Rafani mengatakan, hari ini ada 5 daerah yang menjalankan program sebar Iman dan Khatib seperti itu. Yakni di Kuningan, Tasikmalaya, Sukabumi, Cianjur, dan Bogor. Dia belum dapat laporan soal pelaksanaan program itu.
Kendati demikian, Rafani mengaku, baru menerima laporan bahwa program serupa yang dikerjakan di Cimahi juga mengalami nasib yang sama seperti di Kota Bandung.
Rafani mengatakan, secepatnay anggota Tim Penangana Ahamadiyah yang dibentuk gubernur akan kumpul membahas itu. Sejumlah program yang dipersiapkan, katanya, akan dievaluasi lagi. ”Terserah bagaimana nanti,” katanya.
AHMAD FIKRI