TEMPO Interaktif, Bogor - Menteri Perumahan Rakyat Suharso Monoarfa menjelaskan soal rencana pemerintah untuk membangun rumah sangat murah seharga Rp 5-10 juta dan rumah murah dengan harga Rp 20-25 juta bagi masyarakat kelas bawah. Sebagian besar rumah sangat murah dan rumah murah itu akan dibangun di luar Pulau Jawa meskipun tak tertutup kemungkinan juga akan dibangun di Pulau Jawa. Tiap-tiap daerah akan mempersiapkan lahan untuk pembangunan perumahan tersebut.
"Pulau Jawa juga banyak daerah-daerah yang membutuhkan, daerah-daerah miskin. Ini ada hubungannya dengan rasio kemiskinan di daerah," kata Suharso, usai rapat koordinasi menteri-menteri dan seluruh kepala daerah di Istana Bogor, Selasa 22 Februari 2011.
Menurut dia, rumah tersebut akan dibangun menggunakan bahan material sesuai daerah setempat. "Seperti kemarin di NTT kita menggunakan pelepah lontar yang sudah dikeringkan, sedikit semen, kemudian untuk jambannya itu komunal, bareng-bareng," katanya.
Menurut dia, ada empat kelompok (cluster) masyarakat yang mendapat bantuan melalui program pro-rakyat. Pertama, masyarakat yang punya penghasilan tetap tapi terbatas, namun bankable. Kedua, kelompok yang berpenghasilan dan punya kapasitas tapi penghasilannya sangat terbatas dan tidak bankable. Pendekatan untuk kelompok ini yaitu dengan usaha kecil menengah (UKM).
Sedangkan ketiga, adalah kelompok masyarakat yang memang tidak berdaya dimana kualitas kehidupan mereka memerlukan bantuan, dukungan dan sebagainya. Untuk kelompok ini pemerintah melakukan pendekatan melalui program PNPM mandiri, misalnya bedah kampung, perbaikan lingkungan huniannya.
Dan, rumah sangat murah dan rumah murah ini tentu menyasar pada kelompok keempat. "Yang terakhir adalah kelompok yang betul sama sekali miskin yang dalam hal ini diberikan BLT (bantuan langsung tunai). Nah itu bisa ada rumah singgah, rumah yang dibangun pemerintah. Jadi masing-masing kelompok masyarakat itu berbeda beda," ujarnya.
MUNAWWAROH