Berdasarkan pantauan Tempo, kehadiran kontainer tersebut sangat tidak sedap dipandang mata. Kontras sekali dengan kediaman Bung Karno yang tertata rapi dan bersih. Apalagi sampah tersebut menimbulkan bau yang tidak sedap.
Seorang pengunjung asal Jakarta, Meriani menyayangkan hal tersebut. Selain mengganggu pengunjung, sampah itu memberi kesan negatif. “Masa sambutan selamat datangnya aroma busuk menyengat,” katanya sinis.
Semula, dia berharap dapat berlama-lama berada di kediaman yang ditempati Bung Karno pada periode 1938-1942 tersebut. Namun, lantaran sampah, dia tak bertahan lama di obyek wisata itu.
Dia berharap pemerintah dapat memperhatikan hal-hal kecil tersebut di obyek wisata.
“Apalagi jika ingin menjadikan wisata sebagai aset andalan daerah, jangan sampai wisatawan dikecewakan oleh sesuatu hal sepele seperti tempat pembuangan sementara sampah tersebut,” kata Meriani seraya menunjuk kontainer sampah sebesar 1X3 meter yang ada di hadapannya.
Keluhan itu, menurut Juru Pelihara Kediaman Bung Karno Yaman, bukanlah yang pertama. “Sejak kontainer tersebut ditempatkan di sana empat bulan yang lalu, hampir semua pengunjung yang datang mengeluhkannya,” ujar Yaman.
Meski belum memberikan surat pernyataan resmi terkait kondisi ini, menurut Yaman, pemerintah kota setempat mengetahui jika hal ini mengganggu. “Buktinya jika ada acara-acara penting atau tamu-tamu khusus, kontainer langsung disingkirkan,” ujarnya.
Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bengkulu Fachrudin Siregar berjanji akan merelokasi kontainer tersebut dalam waktu dekat. “Tapi kan perlu lokasi yang tepat juga, agar tidak menimbulkan masalah lain di tempat yang baru,” katanya singkat.
PHESI ESTER JULIKAWATI