Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta - Dua orang saksi memberi keterangan yang menguntungkan terdakwa kasus gratifikasi, Komisaris Jenderal Susno Duadji, dalam persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa (25/1). Keduanya adalah Sri Sulastri dan Badrun, pembantu rumah tangga di rumah menantu Susno, di Jalan Abuserin 2B, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Dalam persidangan, Sri Sulastri dan Badrun dicecar mengenai kondisi, letak perabot, dan sistem penerimaan tamu di kediaman menantu Susno. Hal itu untuk menelisik benar atau tidaknya keterangan Sjahril Djohan dan Syamsurizal Mokoagouw, mengenai suap Rp 500 juta untuk Susno.
Seperti diketahui, dalam dakwaannya jaksa menyebut Sjahril menyerahkan suap Rp 500 juta kepada Susno di Abuserin, agar Susno yang saat itu Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri, mau mempercepat penanganan kasus PT Salmah Arowana Lestari. Adapun Syamsurizal, disebut jaksa mengetahui kedatangan Sjahril di rumah Susno, dan melihat bungkusan coklat berisi duit Rp 500 juta dibawa Sjahril saat berada di rumah Susno.
Namun dakwaan jaksa tersebut dilemahkan Sri dan Badrun dalam persidangan. Sri mengatakan, antara ruang tamu dan ruang keluarga rumah menantu Susno, dipisahkan oleh sketsel. “Ada pembatas. Dari kayu yang bisa dilipat-lipat,” kata Sri, saat ditanya pengacara Susno, Henry Yosodiningrat.
Pengakuan Sri tersebut sekaligus menyanggah dakwaan jaksa, serta pengakuan Sjahril dan Syamsurizal dalam persidangan. Sebab dengan adanya pembatas, tak mungkin Sjahril yang menunggu Susno di ruang tamu, bisa melihat Syamsurizal yang menunggu di ruang keluarga. “Kalau tamu biasa, masuknya lewat depan, nunggu di ruang tamu. Kalau tamunya polisi, kadang dari samping,” jelas Sri.
Kedua saksi juga memberi keterangan yang meringankan Susno, saat dicecar mengenai jam pertemuan Sjahril-Susno. Dalam persidangan, Sjahril mengaku dirinya menemui Susno di atas jam 20.00 WIB. Pengakuan Sjahril ditimpali Badrun dengan menyebut, bosnya tidak pernah menerima tamu selepas Isya, atau pukul 19.00 WIB. “Biasanya bapak masuk kamar. Nggak mau diganggu lagi,” ujar Badrun.
Jaksa Penuntut Umum Narendra Jatna, “menembak” Sri dan Badrun dengan pertanyaan, apa warna baju yang dikenakan Sjahril dan Syamsurizal, saat mengunjungi Abuserin 2B, 4 Desember 2008 lalu. Henry keberatan dengan pertanyaan jaksa. Namun Narendra berkukuh dengan pertanyaannya. “Saya hanya ingin tahu. Apakah ingatan saksi sama baiknya dengan ingatan tentang warna bangku-bangku di ruang tamu,” sindir Narendra.
Isma Savitri
Iklan
