Menurut dia, Indonesia merupakan bansa terbanyak dalam mengkonsumsi nasi di dunia. Setiap orang dalam satu tahun menghabiskan nasi sebanyak 130 kilogram. Sementara negara lainnya seperti Cina 50 kilogram, Jepang 60 kilogram, Thailand 80 kilogram dan Malaysia menghabiskan sebanyak 90 kilogram setiap orangnya dalam satu tahun.
Sementara untuk masyarakat Jawa Barat yang berjumlah 43 juta jiwa, konsumsi nasi seharinya setara dengan panen padi seluas 3.000 hektare. Karena itu, bila kondisi ini dibiarkan tidak menutup kemungkinan kecukupan beras akan mengalami penurunan.
Apalagi di sejumlah negara seperti Thailand, telah mengeluarkan kebijakan tidak akan mengekspor berasnya ke luar negeri. “Kita harus melakukan kemandirian pangan, yang paling mudah dengan singkong,” ujarnya. “Sekarang tinggal masalah perasaan. Apakah sudah makan singkong sudah merasa makan atau belum”.
Heryawan menambahkan, mengkonsumsi nasi terlalu banyak dapat berdampak negatif bagi tubuh. Salah satunya, orang akan cepat ngantuk dan tidak dapat beraktivitas banyak. Kondisi ini akan berdampak buruk terhadap pengembangan sumber daya manusia Indonesia.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Garut Tatang Hidayat, menyatakan kandungan karbohidrat singkong cukup tinggi hampir melebihi kandungan padi. Namun bila dilihat dari sisi ekonomi, tanaman padi lebih menguntungkan petani. Dalam satu tahun petani bisa melakukan panen sampai tiga kali sementara untuk singkong hanya satu kali saja.
Harga jual padi juga lebih tinggi dibandingkan dengan singkong. Satu kilogram harga gabah kering Rp4.000, sedangkan untuk singkong setiap kilogramnya hanya Rp400. Namun bila dilihat dari produksi, dalam satu hektare singkong dapat menghasilkan 22 ton sedangkan padi hanya 6 ton. “Petani akan lebih memilih padi karena menguntungkan,” ujarnya.
Dia menambahkan, luas lahan singkong di wilayahnya mencapai 21 ribu hektare dengan jumlah produksi sekitar 531.633 ton setiap tahunnya, sedangkan padi seluas 130 hektare dengan menghasilkan 804 ribu ton gabah kering giling.
Sigit Zulmunir