Menurut juru bicara aksi, A. Hafidz Ashari, Jawa Pos selalu memuat pernyataan tokoh, akademisi, dan warga yang tidak setuju terhadap pembangunan tol tengah kota. Sedangkan warga yang mendukung tol, kata dia, tidak diberi kesempatan. "Jawa Pos sudah tidak netral lagi," kata Hafidz.
Pengunjuk rasa berniat menemui Direktur Jawa Pos Azrul Ananda. Namun karena putra Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara Dahlan Iskan itu sedang berada di Malaysia, akhirnya 10 orang perwakilan massa diterima oleh Pemimpin Redaksi Jawa Pos Leak Koestiya, Koordinator Liputan Baihaqi, dan Kepala Kompartemen Nur Wahid di ruang rapat redaksi lantai IV.
Semula perwakilan massa bersikeras hanya mau bicara kepada Azrul. Namun setelah diyakinkan oleh Leak bahwa isi pemberitaan Jawa Pos tidak berkaitan dengan Azrul, akhirnya mereka bersedia berdialog. Pada intinya perwakilan massa meminta agar Jawa Pos netral dalam memberitakan isu seputar rencana tol tengah kota. "Saya tahu bos Jawa Pos condong kepada wali kota yang anti-tol tengah kota," kata Hafidz.
Namun, menurut Leak, pemberitaan Jawa Pos telah diupayakan senetral mungkin. Bila ada anggapan bahwa berita-berita yang dimuat selama ini condong anti-pembangunan tol tengah kota, kata Leak, hal itu karena murni temuan fakta di lapangan. "Sebagai media massa profesional, kami selalu menjunjung tinggi keberimbangan berita," kata Leak.
Meski demikian massa tetap tidak puas dengan jawaban Leak. Mereka masih ngotot ingin menemui dan berbicara langsung dengan Azrul. "Kalau pemberitaan Jawa Pos tetap tidak berimbang, kami akan datang lagi dengan massa yang lebih besar dan langsung menemui Azrul," ujar Hafidz.
Rencana pembangunan tol di tengah kota Surabaya masih menuai polemik antara anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Surabaya dan Wali Kota Tri Rismaharini. Kalangan Dewan setuju dengan pembangunan jalan bebas hambatan itu, sedangkan wali kota menolak. Pekan lalu, massa yang sama juga mendatangi studio Radio Suara Surabaya di Jalan Wonokitri Besar dengan tuntutan yang sama.
KUKUH S WIBOWO