TEMPO Interaktif, Jakarta - Mantan Anggota Tim Pencari Fakta kasus Munir, Usman Hamid mengatakan, TPF pernah memanggil Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Hendropriyono karena dicurigai terlibat dalam kasus pembunuhan Munir. "Kami (TPF) sempat panggil untuk mengklarifikasi apakah ia (Hendropriyono) terlibat atau tidak," ujarnya kepada Tempo melalui telepon, Ahad 19 Desember 2010.
Namun, kata Usman, Hendropriyono terus berkelit menghindari pemeriksaaan yang digelar TPF untuk mengusut pembunuhan aktivis Hak Asasi Manusia itu. Hendropriyono malah mengadukan Usman ke polisi karena dituduh mencemarkan nama baiknya. "Saya sampai ditetapkan sebagai tersangka saat itu," kata Usman.
Aksi Hendro yang melaporkannya ke polisi itu, kata Usman, justru menguatkan dugaan TPF bahwa ia terlibat dalam pembunuhan Munir. "Justru kami semakin curiga dengan kejadian seperti ini," kata dia.
Nama mantan Kepala BIN Hendropriyono kembali disebut-sebut dalam kasus pembunuhan Munir setelah baru-baru ini Situs WikiLeaks membocorkan informasi terkait kasus itu. WikiLeaks membocorkan laporan kawat Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta. Dalam laporan itu tertuang informasi bahwa Diplomat Amerika percaya BIN menyiapkan banyak skenario pembunuhan untuk aktivis hak asasi manusia, Munir Said Thalib. Laporan kawat yang dikirim pada April 2007 itu dilansir kantor berita The Sydney Morning Herald dari WikiLeaks.
Pada laporan tersebut dikatakan bahwa diplomat Amerika di Jakarta mendapat penjelasan kasus Munir dari keterangan beberapa pejabat tinggi Kepolisian RI. "BIN punya berbagai skenario pembunuhan, termasuk menggunakan penembak jitu, peledakan mobil, dan bahkan ilmu hitam," kata kawat itu. Namun, "Berbagai usaha itu gagal sebelum Munir diracun dalam perjalanan ke Amsterdam pada Oktober 2004."
Laporan tersebut juga menjelaskan kepada Washington bahwa diplomat Amerika di Jakarta ragu Indonesia bakal mengadili "dalang" di balik salah satu skandal terbesar di Indonesia itu. Keraguan pejabat Kedutaan Amerika di Jakarta itu berdasarkan pengakuan seorang pejabat kepolisian Indonesia yang menyebutkan dugaan "keterlibatan tingkat tinggi" dalam pembunuhan tersebut.
Pada saat terjadi pembunuhan Munir, Kepala BIN dijabat oleh Hendropriyono. Hendro sempat diperiksa dalam kasus tersebut tapi ia tak dituntut sebagai terdakwa. Hendro sendiri selalu membantah dirinya terlibat pembunuhan Munir. Seperti dikutip Tempointeraktif.com edisi 7 Juni 2005, Ia mengatakan, "Saya merasa tak tersangkut. Yang tahu hanya Allah."
Usman pun berharap dokumen WikiLeaks tersebut bakal menjadi informasi yang mencerahkan bagi masyarakat. "Karena dokumen ini memperkuat fakta yang selalu ditutupi kepada masyarakat," kata dia.
FEBRIYAN