TEMPO Interaktif, Bandung - Dosis ganda obat antivirus berhasil menyembuhkan total Ny. K, 21 tahun, pasien flu burung di Bandung. Warga Jalan Holis itu menjadi pasien ke-4 dari 13 penderita flu burung yang selamat selama dirawat di Ruang Flamboyan Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung, sejak 2007.
Ketua Tim Penyakit Khusus dan Isolasi RS Hasan Sadikin, Bandung, dr Hadi Yusuf mengatakan, tim dokter menyatakan gembira atas kesembuhan total Ny. K. Pasien yang menjalani perawatan sejak 22 November lalu itu kemarin diizinkan pulang. “Virus H5N1-nya sudah tidak ada,” ujarnya kepada Tempo, Sabtu (11/12).
Menurut Hadi, tim dokter masih memakai obat dan cara yang sama seperti tahun lalu dalam menyembuhkan pasien flu burung. Sampai hari ke-5, pasien diberi Tamiflu dengan dosis normal yaitu dua kali sehari masing-masing 75 miligram. Pada hari ke-6, obat diberikan dengan dosis dua kali lipat. “Baru dua hari lalu dihentikan obatnya,” kata Hadi.
Tim dokter sebelumnya sepakat memakai kombinasi obat amantadine dan zanamivir jika tamiflu tak mempan membunuh virus. Namun obat impor itu belum tersedia di Indonesia. “Obat itu lebih cepat dan gampang karena disuntikkan,” ujarnya.
Selain faktor penanganan, kata Hadi, pulihnya kondisi pasien flu burung tersebut karena jenis strain virusnya tidak gana. Daya tahan tubuh pasien yang cukup kuat. “Alhamdulillah, biasanya kan meninggal,” katanya.
Dari catatan tim dokter, hanya 4 dari 13 pasien flu burung yang dirawat di RS Hasan Sadikin selamat.
Soal asal muasal virus, dokter spesialis penyakit dalam itu mengatakan penyebaran virus ke manusia melalui perantara unggas, seperti itik, bebek, ayam, dan burung. Hewan tersebut walau tidak mati terserang virus, namun tetap membawa virus flu burung sepanjang hidupnya. Sejauh ini tim dokter dan Dinas Kesehatan Kota Bandung belum dapat memastikan virus flu burung pada tubuh Ny. K.
Dari pengakuan pasien dan keluarganya, pasien tidak ada kontak dengan unggas. Dari penelurusan petugas Dinas dan Pusat Kesehatan Masyarakat, di sekitar lingkungan rumah pasien hingga radius 300-400 meter juga tidak ditemukan unggas mati mendadak.
ANWAR SISWADI