Menurut Daryono, penjarahan hutan mangrove terjadi secara besar-besaran. Pelaku mengambil pohon dan batang tanaman lalu diolah menjadi arang dan bahan industri kosmetik dan farmasi.
Tak hanya penjarahan liar, Daryono melanjutkan, sejumlah kawasan hutan mangrove berubah menjadi pemukiman, industri dan tambak. Akibatnya luas hutan mengrove Jawa Timur terus menyusut. Penyusutan ini dikhawatirkan berdampak pada perekonomian masyarakat pesisir. Di antaranya, menurunnya hasil tangkapan nelayan, intrusi air laut ke daratan, dan ancaman abrasi.
Menanggapi hal ini, dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Brawijaya Malang Sri Sudaryanti meminta segera dilakukan rehabilitasi hutan mangrove di pesisir. Caranya, menggandeng komunitas warga setempat untuk menjaga dan melestarikan hutan mangrove. Menurut dia, Jawa Timur memiliki beraneka jenis tanaman mangrove. "Ditemukan 43 jenis tanaman mangrove di pesisir Jawa Timur," katanya.
Tanaman mangrove, kata dia, bermanfaat sebagai pemecah ombak, mencegah abrasi pantai, mencegah polusi, serta sumber pakan aneka biota laut. Selain itu, buah dan tanaman mangrove bisa diolah menjadi sirup, pewarna batik, kerupuk dan aneka kudapan lainnya. "Berdayakan masyarakat pesisir agar mempunyai rasa memiliki," ujarnya.
EKO WIDIANTO