Kepala Dinas Kesehatan Adi Laksono mengatakan hasil penelitian tim penanggulangan HIV/AIDS menyebutkan kelompok ibu rumah tangga berpotensi terserang penyakit mematikan ini. Dalam kurun waktu 2010, sedikitnya 16 ibu rumah tangga yang dinyatakan positif AIDS. “Ini cukup mengkhawatirkan,” kata Adi Laksono kepada Tempo, Rabu (1/11).
Ironisnya, keberadaan mereka baru terungkap setelah dalam kondisi parah. Secara klinis ibu-ibu ini biasanya mengalami diare berkepanjangan, batuk menahun, dan mengalami penurunan berat badan dalam waktu cepat. Setelah diperiksakan ke rumah sakit ternyata diketahui terinfeksi HIV/AIDS.
Kondisi ini pula yang menurut Adi Laksono sempat mengecoh petugas kesehatan saat memeriksa balita berbadan kurus. Setelah melihat kondisi fisiknya yang kurus, dengan cepat petugas mendiagnosa gizi buruk. Namun setelah diberi asupan nutrisi berupa Entrasol, kondisi balita tersebut tak kunjung mengalami perbaikan. “Ujung-ujungnya baru diketahui terinfeksi HIV,” ujarnya.
Setelah dilakukan penelusuran, petugas mengetahui kelompok ibu ini menjadi korban penularan suaminya. Rata-rata para penderita tak lagi memiliki suami. Suami mereka terlebih dulu meninggal dunia yang diduga akibat virus HIV/AIDS. Hal ini diketahui dari perilaku mereka yang kerap mengunjungi lokalisasi.
Menurut catatan Dinas Kesehatan setempat, jumlah pengidap HIV/AIDS di Kabupaten Kediri sejak tahun 1996 telah mencapai 211 orang, dan 56 di antaranya meninggal dunia. Saat ini Kabupaten Kediri menduduki peringkat ketujuh daerah dengan penularan HIV/AIDS tertinggi di Jawa Timur.
Untuk menekan angka tersebut, saat ini tengah dirancang peraturan daerah yang mengatur penggunaan kondom di lokalisasi. Nantinya semua pria hidung belang wajib menggunakan alat pengaman tersebut jika tidak ingin menerima sanksi. Pemerintah Kabupaten Kediri juga telah menyediakan kondom gratis di outlet-outlet lokalisasi. Kalaupun ada yang dijual harganya cukup terjangkau yakni Rp 500 – 1.000 per biji.
Namun penggunaan kondom kerap menuai kendala dalam pelaksanaannya. Sejumlah pekerja seks komersial mengaku tidak bisa memaksa konsumennya mengenakan kondom. Sebab alat tersebut dianggap mengganggu kenyamanan saat berhubungan. “Saya ngikut saja dari pada tidak jadi transaksi,” tutur Rita, salah seorang pekerja seks di lokalisasi Dadapan, Kabupaten Kediri. HARI TRI WASONO.