Menurut Hisyam, ibu dari para penderita tertular HIV/Aids dari suaminya. Para penderita sangat bergantung pada obat antiretroviral yang memperkuat fungsi kekebalan tubuh mereka.
Jumlah penderita HIV/Aids di Kabupaten Sidoarjo yang letaknya tak jauh dari Kota Surabaya, hingga saat ini mencapai 557 orang, 147 orang di antaranya meninggal dunia. Sebanyak 223 penderita berasal dari kelompok pemuda dan usia produktif, yakni 21-30 tahun. Selebihnya berusia 31-40 tahun.
Perilaku hubungan seks bebas dan penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang menjadi penyebab utama penularan penyakit yang menyerang kekebalan tubuh tersebut.
Hisyam mengatakan, lokalisasi terselubung menjadi kawasan utama penyebaran HIV/AIDS. Warga Sidoarjo diketahui memanfaatkan jasa Pekerja Seks Komersial (PSK) di sejumlah lokalisasi terselubung, seperti di Prambon, Porong, Krian. Bahkan juga di luar Sidoarjo, seperti, Tretes, Kabupaten Pasuruan, dan Surabaya.
Hisyam mengakui selama ini tidak ada pantauan khusus mengenai kondisi kesehatan para PSK, padahal para pengguna jasa PSK tidak pernah menggunakan kondom.
Pemerintah Sidoarjo bekerjasama dengan lembaga swadaya masyarakat mengkampanyekan upaya mencegah penyebaran penyakit HIV/AIDS. Di antaranya dengan menggelar kampanye yang melibatkan para siswa sekolah. Juga digelar pemilihan putra putri peduli AIDS sebagai bagian dari kampanye tentang bahaya penyakit yang ditularkan melalui cairan tubuh tersebut.
Sementara itu, Yayasan Harapan Permata Hati Kita (Yakita) mengkampanyekan bahaya HIV/AIDS di Lembaga Pemasayaratan (Lapas) Sidoarjo. Berbagai acara dilakukan, seperti lomba poster kampanye narkoba dan HIV/AIDS, serta sosialisasi bahaya narkoba serta penyakit HIV/AIDS. "Para nara pidana jarang terlibat aktif dalam kampanye semacam ini," kata Abid dari Yakita.
Padahal, di antara nara pidana dan tahanan penghuni Lapas Sidoarjo terinfeksi HIV/AIDS, serta pecandu narkoba yang beresiko tinggi tertular HIV/AIDS. Sekitar 50 orang penghuni Lapas Sidoarjo terlibat kasus narkoba. Mereka, menjalani pengawasan khusus sebagai proses rehabilitasi para tahanan yang mengalami kecanduan. EKO WIDIANTO.