TEMPO Interaktif, Banda Aceh - Gubernur Aceh Irwandi Yusuf menyerahkan kursi perdamaian kepada Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono sebagai wujud terima kasih bagi tokoh yang telah berjasa untuk perdamaian di Aceh. Penyerahan tersebut dilakukan di Desa Tibang, Syiah Kuala Banda Aceh, saat kunjungan Presiden ke Aceh, Senin (29/11)
Kursi perdamaian tersebut adalah buah tangan Malio Adnan, 40 tahun, perajin asal Aceh Tengah. Kursi tersebut terbuat dari bahan baku kayu grupe (bahasa Gayo) dan dibuat selama 1,5 bulan.
Dalam sambutannya, Irwandi mengatakan kursi tersebut dinamakan kursi perdamaian, karena hanya diserahkan kepada pihak-pihak yang berjasa untuk perdamaian Aceh. "Kami menganggap Bapak Presiden sangat pantas untuk menerimanya, karena Bapak telah banyak berbuat untuk perdamaian Aceh," ujar Irwandi.
Irwandi juga menyampaikan bahwa kursi ini terbuat dari kayu, tapi diperoleh bukan dari menebang pohon, melainkan dari kayu yang sudah mati. "Untuk itu, kami bermohon agar bapak Presiden berkenan untuk menerimanya," kata Irwandi.
Pada kesempatan yang sama, Irwandi juga menyampaikan kepada Presiden bahwa kehidupan di Aceh telah semakin kondusif, setelah lima tahun damai dan rehabilitasi-rekonstruksi pascatsunami. Banyak program yang telah berjalan di antaranya adalah program kesehatan.
Menurutnya, penanganan bidang kesehatan adalah urusan wajib yang menjadi kewenangan Pemerintah Aceh. Untuk menjawab kebutuhan tersebut di hadapan bapak Presiden, Irwandi dengan resmi mencanangkan pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Aceh (JKA). Program tersebut adalah asuransi kesehatan dengan target 3.8 juta jiwa peserta penduduk Aceh termasuk TNI/Polri.
"Program didanai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh (APBA) yang terintegrasi dengan program jamkesmas yang sudah berlaku secara nasional," jelas Gubernur Aceh tersebut.
Sementara itu Presiden Yudhoyono menyambut baik semua program yang dijalankan oleh pemerintah Aceh. "Kepada gubernur dan jajarannya, yakinlah bahwa pembangunan ini sudah berada pada arah yang benar, ajak semua untuk membangun negeri ini. Sehingga lebih baik di masa depan," ujarnya.
Dalam sambutannya, Yudhoyono kembali mengingatkan bagaimana susahnya membangun perdamaian di Aceh. Dia menceritakan kembali pengalamannya dalam membangun perdamaian. "Saya ingin mengulang cerita, karena menjadi kenangan yang tak pernah putus dalam diri saya, yang mencintai Aceh," katanya.
ADI WARSIDI