“Kita memang sangat kurang, saya tidak mau menutup-nutupi kalau LP kita memang buruk, itulah sebabnya butuh peran semua instansi untuk memperbaiki kondisi Lapas,” kata Liberty Sitinjak, Kepala Lapas Klas IIA Abepura, Selasa (9/11).
Liberty mengatakan, kepolisian jangan hanya bekerja menangkap pelaku, kejaksaan menuntut pelaku, dan pengadilan memenjarakan pelaku, tapi juga berperan mendukung perbaikan Lapas Abepura. “Lapas kita ini daya tampungnya sudah tidak sesuai, menurut saya, tahanan politik sudah harus dipindahkan ke Makassar atau Nusakambangan,” ujarnya.
Sitinjak menyebutkan, salah satu tolok ukur parahnya kondsi Lapas Abepura, karena sejumlah pegawai Lapas bermental rusak karena setiap hari mereka sering mabuk karena pengaruh minuman keras. “Ini membuktikan mereka tidak patuh pada atasan, saya sudah tidak tahu apa lagi yang harus dibuat, kalau sadar mereka patuh, tapi kalau mabuk semaunya saja.”
Akibat pengamanan yang lemah, pernah 26 warga binaan LP Kelas II A kabur pada 5 Juni lalu. Napi yang melarikan diri itu, 11 diantaranya berstatus tahanan dan 15 lainnya narapidana. Pelarian ini yang terbesar sepanjang sejarah perjalanan Lapas Klas IIA Abepura. “Napi saat itu melarikan diri dengan cara memanjat pagar memakai tali dari blok anak-anak. Beberapa di antaranya sudah ditangkap.”
Sitinjak berharap ada kerjasama lintas sektoral antara lembaga hukum di Papua untuk memperbaiki Lapas Abepura yang kini berada di ujung tanduk. “Ini perlunya pemberitaan yang juga memihak Lapas, supaya kita juga itu diperhatikan, kasihan juga kami yang selalu disalahkan jika ada napi yang lari.”
JERRY OMONA
[