TEMPO Interaktif, Bandung -Meski ada wilayahnya yang endemik penyakit kaki gajah, naun Pemerintah Kabupaten Bandung kekurangan dana untuk sosialisasi pemberantasan penyakit itu. “Dari APBD Kabupaten Bandung hanya dianggarkan Rp 2,4 Miliar, idealnya dana yang dibutuhkan adalah Rp 3,7 Milar,” katanya saat dihubungi Tempo, Kamis (4/11).
Angka tersebut kata Achmad, mengacu pada jumlah penduduk Kabupaten Bandung yang mencapai 2,7 juta orang dengan kebutuhan biaya sosialisasi per orangnya sebesar Rp. 2.070. “tapi kami tetap berusaha agar pengobatan ini bisa berjalan secara maksimal,” ujarnya.
Sedangkan untuk pengadaan obatnya disediakan oleh pemerintah pusat dengan anggaran sebesar Rp 2,6 Miliar. ”Pemberian dari pemerintah pusat berbentuk obat, jadi pemerintah daerah mempersiapkan untuk sosialisasi dan pelaksanaannya,” kata Achmad.
Dijelaskan Achmad, dari 31 Kecamatan yang ada di Kabupaten Bandung, tercatat beberapa Kecamatan yang endemik penyakit kaki gajah, yaitu Banjaran, Majalaya dan Margaasih. “Tapi rata-rata di setiap kecamatan ada yang terjangkit,” paparnya.
Untuk mengatasi kekurangan itu, Dinkes Kabupaten Bandung melakukan kerjasama dengan 11 Sekolah Tinggi Kesehatan dan empat Fakultas kedokteran di Bandung, untuk dijadikan tenaga pendamping. “Dari 3.971 jumlah Posyandu di Kabupaten Bandung, kami kekurangan 700 tenaga pendamping, makanya kami bekerjasama dengan Universitas dan Stikes, mereka bekerja secara sukarela,” katanya.
Dikatakan Achmad, belajar dari tahun sebelumnya pengobatan yang dilakukan secara serentak, sehingga berakibat tewasnya beberapa orang warga, tahun ini pengobatan dilakukan secara bertahap selama satu bulan, dimulai dari 8 November mendatang.
“Kami tidak ingin ada kejadian seperti itu lagi, akibat kurangnya tenaga pendamping sehingga pengobatan dilakukan secara serentak,” ujarnya.
ANGGA SUKMA WIJAYA