Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta - Pengurus Besar Nadhatul Ulama (PBNU) menyarankan pengikut Ahmadiyah kodian (Jamaah Ahmadiyah Indonesia) studi banding ke negeri asal Ahmadiyah bersama sejumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat.
"Biar mereka lihat eksistensi diri agama mereka di negara kelahirannya," kata Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nadhatul Ulama Iqbal Sulam dalam diskusi dengan Gerakan Peduli Pluralisme di kantor PBNU Kramat Jakarta, Rabu (6/10)
Negara yang disarankan untuk dikunjungi antara lain Pakistan, Inggris dan India. Iqbal menilai dengan melihat langsung, pengikut Ahmadiyah yang masih menggunakan label Islam, tahu bahwa di negara lain mereka tidak masuk aliran Islam.
Ketua Pengurus Harian Tanfidziyah Pengurus Besar Nadhatul Ulama Slamet Effendy Yusuf menyatakan Jamaah Ahmadiyah Indonesia bukan Islam. "NU sependapat dengan mainstream soal posisi Ahmadiyah," katanya dalam kesempatan yang sama.
Tapi Ia tidak setuju dengan cara kekerasan terhadap Ahmadiyah. Jika Ahmadiyah mengaku bukan Islam, Slamet menyakini umat Islam tidak akan menganggu lagi. "Saya minta Ahmadiyah berbesar hati untuk mengikuti jalan yang juga ditetapkan di negara lain," kata dia.
Slamet memaparkan masyarakat muslim internasional sudah sepakat kalau Ahmadiyah bukan Islam, termasuk Pakistan yang merupakan negara asal aliran ini. "Eksistensi mereka dilindungi, buktinya Ahmadiyah tetap ada di Pakistan," jelasnya.
Situasi di Indonesia, Ia melanjutkan, terbagi dua, dimana ada Ahmadiyah yang menyatakan bukan Islam (Ahmadiyah Lahore) ada pula yang masih Islam (Jamaah Ahmadiyah Indonesia). Tapi pendapat sejumlah organisasi Islam dan Pemerintah menyatakan Ahmadiyah bukan Islam. "Saya rasa win-win solution adalah pengakuan dari Ahmadiyah bahwa dia bukan Islam," kata Slamet.
Dianing Sari
Iklan
