Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ini Kisah Anak DI Panjaitan dan Aidit  

image-gnews
Putri mantan Presiden RI I Soekarno, Sukmawati Soekarnoputri dan putra mantan Presiden RI II Soeharto, Hutomo Mandala Putra, bersama putera-puteri pahlawan revolusi dan keluarga Tapol 1965 Sardjono Kartosuwiriyo, Ferry Oemar Dani, Svetlana Dayani, Katrin Panjaitan, dan Ilham Aidit, saat pembacaan ikrar Forum Silaturahmi Anak Bangsa, di Gedung MPR/DPR, Jakarta. TEMPO/Imam Sukamto
Putri mantan Presiden RI I Soekarno, Sukmawati Soekarnoputri dan putra mantan Presiden RI II Soeharto, Hutomo Mandala Putra, bersama putera-puteri pahlawan revolusi dan keluarga Tapol 1965 Sardjono Kartosuwiriyo, Ferry Oemar Dani, Svetlana Dayani, Katrin Panjaitan, dan Ilham Aidit, saat pembacaan ikrar Forum Silaturahmi Anak Bangsa, di Gedung MPR/DPR, Jakarta. TEMPO/Imam Sukamto
Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta - Anak-anak para jenderal dan tokoh PKI melakukan pertemuan di Gedung MPR, Jumat (1/10) sore tadi. Dalam pertemuan yang bertajuk Silaturahmi Nasional di Gedung MPR itu mereka tampak akrab berbaur dan berbagi kisah.

Catherine Panjaitan, putri Mayjen TNI Anumerta DI Panjaitan, dalam acara itu menuturkan bahwa dirinya butuh waktu 20 tahun untuk bisa menghilangkan rasa traumanya yang mendalam akibat kematian sang ayah yang terjadi di depan matanya.

Bahkan, ia enggan menonton film G/30/S yang dulunya selalu diputar di layar kaca pada tanggal 30 September. "Saya tidak pernah menonton film itu karena tidak mau ulangi (ingatan) dalam film itu. Saya melihat dari jauh bagaimana ayah saya ditembak. Bagaimana dia..." kisah Catherine kepada para hadirin acara Silaturahmi Nasional.

Namun Catherine meminta kepada semua pihak untuk saling memaafkan dan memandang semuanya dari segi kemanusiaan. "Kalau orang tua kita berbuat salah, jangan teruskan sampai ke anak cucu kita. Biar lah saya mengalah, saya meminta maaf kepada putera-putera yang dulu dianggap lawan."

Kisah traumatis serupa juga diungkapkan oleh Ilham Aidit. Dia mengaku sejak terjadinya Gerakan 30 September tersebut dirinya harus merelakan nama belakangnya tidak disandingkan dengan nama depannya.

"Saya yang terbiasa menggunakan nama Ilham Aidit kini sudah tidak bisa lagi. Tangan saya berhenti lama sekali. Namun sejak saat itu saya tidak berani menambahkan nama Aidit."

Selama puluhan tahun dia pun tidak lagi menuliskan Aidit dibelakang namanya. Hingga akhirnya tahun 2003 dia melihat namanya disandingkan dengan nama Aidit di dalam foto di sebuah media. "Pertama kali saya melihat itu saya terharu sekali. Saat itu saya memakai nama itu lagi dan saya tetap hidup."

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Setelah G30S saya keluar rumah. Tiba-tiba saya melihat tulisan besar gantung Aidit, bubarkan PKI. Saya terkejut. Badan saya bergetar, jiwa saya bergetar," kisah Ilham dalam acara tersebut. Sejak itulah Ilham tahu bahwa kehidupannya akan sama sekali berbeda.

Beruntung dia pun diangkat anak oleh beberapa keluarga. "Ayah saya didaulat sebagai musuh besar bangsa. Puluhan tahun itu terjadi. Namun ada tangan-tangan lain, saya diangkat anak. Masa sekolah saya sulit sekali, semua bilang PKI, saat itu saya punya reaksi melawan."

Ilham mengatakan, apa pun upaya mereka merekonsiliasikan tragedi tersebut perlu banyak hal yang harus dicermati. Dia pun berharap agar rekonsiliasi ini tidak hanya rekonsiliasi semu. "Rekonsiliasi butuh sifat kesatria dan jiwa besar. No future without forgiveness," ungkap Ilham.

MUTIA RESTY
 

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Polisi Sita Bendera Berlogo Palu Arit di Kafe Garasi 66

29 September 2017

Warga nonton bareng (nobar) pemutaran film pengkhianatan G30S/PKI di Lapangan Hiraq Lhokseumawe, Aceh (23/9) malam. Nobar pengkhianatan G30S/PKI yang diperintahkan Panglima TNI kepada jajaran TNI diseluruh daerah di Indonesia itu bertujuan mengingatkan ke
Polisi Sita Bendera Berlogo Palu Arit di Kafe Garasi 66

Meski pemiliknya menyatakan tak bertujuan menyebarkan komunisme dengan memasang bendera berlogo palu arit aparat tetap memintanya mencopot


Jokowi: Tunjukkan di Mana Ada PKI, Detik Ini Juga Saya Gebuk!

3 Juni 2017

Presiden Joko Widodo (dua kanan) didampingi Gubernur Jatim Sukarwo (kiri) dan Asisten Personalia (Aspers) Kasal Laksamana Muda TNI Karma Suta (kanan) meresmikan SMAN Taruna Nala di Malang, Jawa Timur, 3 Juni 2017. ANTARA/Ari Bowo Sucipto
Jokowi: Tunjukkan di Mana Ada PKI, Detik Ini Juga Saya Gebuk!

Jokowi tidak terima dirinya dikait-kaitkan dengan PKI, apalagi dituding melindungi komunisme.


Soal Logo Palu Arit, Fadli Zon Sependapat dengan Rizieq

25 Januari 2017

Wakil Ketua DPR Fadli Zon (kanan) berjabat tangan dengan Ketua Front Pembela Islam Rizieq Shihab ketika melakukan audiensi di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, 11 Januari 2017. ANTARA FOTO
Soal Logo Palu Arit, Fadli Zon Sependapat dengan Rizieq

Fadli Zon mengaku sependapat dengan Rizieq Syihab soal adanya gambar mirip palu-arit pada logo Bank Indonesia di mata uang Rp 100 ribu.


Kenakan Kaus Palu-Arit, Pemuda di Yogya Ditangkap Polisi

26 Desember 2016

Seorang pemuda di Yogyakarta diperiksa polisi karena mengenakan kaus bergambar palu arit, Sabtu, 24 Desember 2016. (Istimewa)
Kenakan Kaus Palu-Arit, Pemuda di Yogya Ditangkap Polisi

Pemuda tersebut membeli kaus bergambar palu-arit produksi Bandung itu pada tahun lalu.


Ada Gambar Palu-Arit, Petugas Copot Beberapa Baliho IM3  

3 Oktober 2016

Baliho IM3 yang dipasang di sejumlah titik Jakarta Selatan dicopot polisi karena menggunakan gambar palu arit. Foto : Istimewa
Ada Gambar Palu-Arit, Petugas Copot Beberapa Baliho IM3  

Baliho tersebut tersebar di empat titik di Jakarta Selatan, salah satunya di Jalan Lenteng Agung.


Buku Komunis Beredar, Polisi Periksa Ikatan Penerbit  

3 Oktober 2016

Seorang pemuda mengenakan kaus bergambar Palu Arit yang menjadi lambang Partai Komunis Indonesia di Ciputat, Tangerang Selatan, 27 Mei 2016. Ia diserahkan ke pihak kepolisian untuk dimintai keterangan. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat.
Buku Komunis Beredar, Polisi Periksa Ikatan Penerbit  

Polisi tidak ingin buru-buru menetapkan seseorang sebagai tersangka.


BIN Diminta Cari Penyebar Isu Komunis

3 Juni 2016

Tentara mengamankan pemuda yang mengenakan kaus bergambar Palu Arit di Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, 27 Mei 2016. Pemuda mengenakan kaos berlambang Partai Komunis Indonesia  saat berbelanja di pasar Ciputat. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat.
BIN Diminta Cari Penyebar Isu Komunis

BIN dimintamengungkap aktor di belakangnya untuk mengetahui akar persoalan sekaligus mengidentifikasi motif.


Datangi Menteri Luhut, Ketua FPI Rizieq Shihab Sampaikan Hal Ini

3 Juni 2016

Muhammad Rizieq Syihab. TEMPO/Imam Sukamto
Datangi Menteri Luhut, Ketua FPI Rizieq Shihab Sampaikan Hal Ini

Rizieq datang seusai memimpin iring-iringan massa menyuarakan anti-PKI.


AJI Kecam FPI yang Intimidasi Jurnalis di Simposium Anti-PKI

3 Juni 2016

Ketua AJI Bandung Adie Marsiela berorasi saat menggelar aksi peringatan World Press Freedom Day di depan Polrestabes Bandung, Jawa Barat, 3 Mei 2016. Peserta aksi mengutuk segala tindak kekerasan terhadap jurnalis oleh semua pihak, menghentikan impunitas dan pengusutan kasus kekerasan pada jurnalis, serta tuntutan pada Polda Jawa Barat untuk mengklarifikasi dan pencabutan ancaman terhadap jurnalis peliput kerusuhan Banceuy oleh Brimob Polda Jabar. TEMPO/Prima Mulia
AJI Kecam FPI yang Intimidasi Jurnalis di Simposium Anti-PKI

AJI Jakarta meminta pelaku pengusiran dan intimidasi atas jurnalis diproses secara hukum karena melanggar UU Pers.


Ansor Protes Dicatut Panitia Simposium Anti-PKI  

3 Juni 2016

Anggota Barisan Ansor Serbaguna Nahdlatul Ulama (Banser NU). TEMPO/Seto Wardhana
Ansor Protes Dicatut Panitia Simposium Anti-PKI  

Gerakan Pemuda Ansor menyampaikan protes karena nama dan logo organisasinya ikut dicantumkan.