TEMPO Interaktif, Kupang - Sebanyak sembilan anak di bawah lima tahun (Balita) di Nusa Tenggara Timur (NTT) meninggal akibat menderita gizi buruk.
"Pada triwulan I 2010 sebanyak sembilan balita dinyatakan meninggal akibat menderita gizi buruk," kata Wakil Gubernur NTT, Esthon Foenay saat membawakan materi terkait penanggulangan masalah gizi buruk di Kupang, Kamis (23/9).
Dari jumlah balita di NTT sebanyak 506.352 orang, balita yang yang dianggap sehat atau normal sebanyak 452.678 atau 89,39 persen, sedangkan 53.674 atau 10,6 persen bermasalah dengan gizi.
Balita yang mengalami gizi kurang sebanyak 47.991 atau 89,41 persen, gizi buruk tanpa kelainan klinis 5.616 atau 10,46 persen dan gizi buruk dengan gejala klinis sebanyak 56 orang atau 0,11 persen.
Menurut Esthon, upaya penanggulangan masalah gizi buruk di NTT belum berjalan secara maksimal. Pasalnya, gizi buruk merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan.
Untuk mengatasi masalah gizi buruk, pemerintah daerah mengajak seluruh elemen masyarakat untuk terus membangun kerja sama mengatasi masalah gizi buruk di daerah ini. "Pemerintah tidak bisa menanggulangi sendiri masalah ini, tanpa peran serta masyarakat," katanya.
Sesuai target Rencana Pembangunan Jangka Menegah Daerah (RPJMD) NTT, pemerintah berupaya menurunkan angka gizi buruk hingga 4,1 persen dan gizi kurang 25,80 persen.
Upaya yang dilakukan, tambahnya, meningkatkan survelensi gizi, peran keluarga dalam pencapaian keluarga sadar gizi serta menanggulangi masalah kurang energi protein, anemia gizi besi, kurangnya yodium, vitamin A dan kekurangan zat gizi mikro lainnya. "Kita terus melakukan berbagia upaya untuk menanggulangi masalah gizi buruk di daerah ini," katanya.
YOHANES SEO