“Kegiatan Gunung Merapi masih normal, meskipun ada gempa dan ada gunung yang meletus di Sumatera Utara, tidak ada pengaruhnya,” kata Sri Sumarti, Kepala Seksi Gunung Merapi, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian, Yogyakarta, Minggu (29/8).
Status normal Gunung Merapi berarti kegempaan dan kompoisisi kimianya normal, data informasinya normal. Berbeda dengan Gunung Siinabung saat ini yang kegempaannya tinggi sehingga ada lava pijar, ada guguran lavanya.
Gunung Merapi terakhir terjadi erupsi besar pada 2006. saat itu juga terjadi gempa yang sangat dahsyat yaitu 5,9 skal richter. Gempa tersebut sangat berpengaruh terhadap jalur lava di perut bumi.
Dalam sejarah meletusnya Merapi, gunung itu mempunyai siklus erupsi 2 hingga 7 tahun. Yaitu dalam 100 tahun ini gunung itu pernah meluts dalam jangka waktu yang berbeda, pernah setiap dua tahun sekali, empat tahun sekali dan pernah erupsi 7 tahun sekali.
Erupsi Merapi 2006 masih menyisakan lava dingin sekita 500 ribu meter kubik. Sisa sisa material itu adalah akibat erupsi yaitu pembentukan kubah lava, magma naik ke permukaan ada pendinginan dan penumpukan di atas membentuk seperti kubah. Karena tidak stabil, maka terjadi longsor. Longsor membentuk guguran lava (pijar kalau malam). Kubah lava tumbuh terus, sampai puncak kubah lava tidak stabil dan tekanan tinggi dan longsor sehingga jadi awam panas.
“Pengamatan Merapi tidak hanya dengan alat, tetapi dengan pengamatan visual, ada lima pos pengamatan Merapi yaitu di Kaliurang (Selman), Ngepos, Babadan (Magelang),Jrakah (Klaten) dan Selo (Boyolali),” kata Sri.
MUH SYAIFULLAH