TEMPO Interaktif, Jakarta - Torik Dasa Maulana, 25 tahun, Pengemudi Toyota Avanza yang dicurigai terlibat penganiayaan Tama Satrya Langkun--aktivis ICW, dikenal jarang bergaul di lingkungan rumahnya. Para pemuda sebayanya, di sekitar Jalan Joe, Kelurahan Jagakarsa, Jakarta Selatan--tempat Torik tinggal--dia disebut nekat dan ugal-ugaan.
"Pada tidak suka gayanya," kata Imron, salah satu pemuda dekat rumahnya yang ditemui Tempo, Senin (12/7) malam.
Imron mengaku, kawan-kawannya tidak suka Torik sejak dia duduk di SMU Kemala Bhayangkari I, Jakarta Selatan. Begitu lulus, Torik mendapat kerja sebagai sales motor. "Tapi saya tidak tahu kerjanya di daerah mana."
Pemuda 28 tahun ini menuturkan, Torik pernah ditempeleng sama pemuda yang tidak suka dengannya ketika naik motor ugal-ugalan."Dia ugal-ugalan" ujarnya.
Kondisinya, jauh berbeda dengan Miskun, 50 tahun, ayah Torik. Miskun yang sudah belasan tahun tinggal di kawasan Jagakarsa ini dikenal sosok yang baik dan gampang baur dengan masyarakat sekitar.
Mamat, tetangga Miskun menuturkan, Miskun adalah tetangga yang baik. Pekerjaannya supir dan terkadang menyambi sebagai tukang bangunan. "Torik itu anak pertama. Dia punya dua adik lagi" kata Mamat.
Miskun sendiri tak bersedia ditemui saat Tempo menyambangi rumahnya. Rumah yang mereka tempati cukup sederhana. Tidak terlalu besar, dengan pagar hijau dan sedikit terhalang tanah kosong seperti kebon kecil yang ditumbuhi pohon pisang dan alang-alang. Jalan menuju rumah Miskun, di kawasan Jalan Joel, hanya bisa dilewati satu sepeda motor.
Dulunya, dituturkan Mamat, anak sulung ini sering nongkrong di depan rumahnya. Namun belakangan setelah mendapat kerja, dia tidak pernah lagi kumpul-kumpul.
HERU TRIYONO