TEMPO Interaktif, Makassar - Banjir besar yang melanda sepuluh kecamatan di Kabupaten Wajo tidak hanya merendam pemukiman penduduk dan areal persawahan, tapi juga fasilitas pemerintah seperti sekolah. Sebanyak 25 gedung sekolah terendam banjir, baik Sekolah Dasar maupun Sekolah Menengah Pertama.
Sesuai data Dinas Pendidikan Wajo, sebanyak 13 SD yang terendam banjir di Kecamatan Pitumpanua, sembilan SD di Kecamtan Tempe, delapan SD dan dua SMP di Kecamatan Sabbangparu, dan dua SD di Kecamatan Tanasitolo. Gedung SMP itu adalah SMP 7 Satu Atap dan SMP Negeri 2 Sabbangparu.
Wahyuni, Staf Pendidikan Dasar dan Menengah Dinas Pendidikan Wajo mengatakan data tersebut bersifat sementara dari tiga kepala cabang dinas pendidikan. "Sementara yang lain belum memasukkan laporannya," katanya.
Agustiaman, Kepala Dinas Cabang Pendidikan Kecamatan Tempe yang ditemui terpisah membenarkannya. "Berdasarkan laporan memang ada sembilan SD di Kecamatan Tempe yang telah terendam air, tujuh diantaranya sangat parah hingga harus diliburkan sementara, dua lainnya hanya sebatas betis," kata Agustiaman.
Dia mengatakan, murid diliburkan lebih awal karena dikuatirkan dapat membahayakan keselamatan jiwanya. Tujuh SD yang terendam banjir di Kecamatan Tempe berada di tiga kelurahan yaitu SD 17 Laelo, SD 373 Laelo. Juga SD 20, SD 21, SD 8 di Kelurahan Salo Menraleng. Dan SD 212, MIM di Wiring Palennae
Baca Juga:
Pantauan Tempo di SD 17 dan SMP Satu Atap Kelurahan Laelo Kecamatan Tempe, ketinggian air mencapai dua meter. Kedua gedung sekolah tersebut dibuat berbentuk rumah panggung, namun karena air sangat tinggi sehingga tetap masuk ke dalam ruangan kelas. Tidak semua ruangan kelas di dua sekolah ini terendam banjir, sehingga proses belajar mengajar tetal berlangsung.
"Murid akhirnya digabung di kelas lain. Murid Kelas 1 digabung dengan kelas 4 dan kelas 2 digabung dengan kelas 5. Sisanya menggunakan ruang kantor di lantai atas," kata Abdul Salam, Kepala SD 17 dan SMP Satu Atap.
Keadaan tersebut, katanya, mengakibatkan proses belajar mengajar tidak efektif. "Kehadiran murid dan guru selama banjir ini menurun, bahkan kami juga berencana meliburkan murid untuk menghindari bahaya," ucapnya.
ANDI PAJUNG