TEMPO Interaktif, Bandung - Dinas Pendidikan Kota Bandung membatasi jumlah pendaftar sekolah menengah atas negeri favorit dari luar kota. Pembatasan berlaku untuk SMA di kelompok satu.
Di kelompok itu termasuk SMAN 2, 3, 4, 5, 8, 11, dan 24. Menurut Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung Oji Mahroji, jatah kursi untuk siswa dari luar Kota Bandung hanya 10 persen dari total siswa yang akan diterima. "Ketentuan itu tidak berlaku di (tiga) kluster lain," katanya saat diskusi penerimaan siswa baru, Kamis (10/6).
Pembatasan itu karena SMA favorit tersebut banyak diserbu siswa luar kota Bandung. Peminatnya berdatangan dari seluruh daerah di Indonesia.
Oji menyebutkan, pendaftaran siswa baru SD, SMP, dan SMA di Kota Bandung dimulai 28 Juni sampai 3 Juli, termasuk sekolah bertaraf internasional. Waktu pendaftaran itu berlaku untuk jalur akademik. Sedangkan jalur prestasi dan siswa miskin dengan kuota 10 persen dari total siswa per sekolah, dibuka pekan depan mulai 14-19 Juni.
Sumarna, orang tua siswa mempertanyakan kerancuan kriteria siswa miskin itu. Sebab menurutnya, banyak pemegang kartu tanda miskin yang tak bisa masuk sekolah negeri. "Susah kalau rumahnya harus bilik, padahal banyak yang susah makan karena orang tuanya di PHK," ujarnya.
Oji mengakui sekolah belum bisa menampung seluruh siswa miskin karena keterbatasan daya tampung. Peluang siswa miskin agak terbuka lebar di sekolah tingkat bawah dan menengah. "Sekolah favorit biasanya banyak untuk dari siswa jalur prestasi," katanya.
Khusus bagi siswa SMP yang mengulang Ujian Nasional, dibolehkan mengikuti seleksi dari jalur prestasi tanpa ijasah karena saat seleksi hasil pengumuman kelulusan belum diterima. Jika tidak lulus, kata Oji, siswa tersebut serta merta gagal lolos seleksi.
ANWAR SISWADI