Humas PT PLN Distribusi Jatim Agus Widayanto, Selasa (25/5) mengatakan, peralihan pelanggan ke listrik prabayar memang belum sesuai target. "Padahal target kita tahun ini 25 ribu pelanggan beralih ke Prabayar," kata Agus.
Padahal, program listrik prabayar ini diharapkan mampu menekan konsumsi listrik masyarakat dari pemakaian yang tidak terkontrol menjadi pemakaian yang terukur.
Sekedar diketahui, listrik prabayar ini menggunakan sistem hampir sama dengan telepon prabayar dimana pelanggan PLN harus melakukan pengisian semacam "pulsa" terlebih dahulu kedalam meteran listriknya.
Pulsa listrik sendiri diberinama Token dengan harga mulai Rp 20 ribu, Rp 50 ribu, Rp 100 ribu, hingga Rp 500 ribu. "Cara pengisianya sama seperti pulsa telepon, tinggal memasukkan beberapa digit angka kedalam meteran," tambah Agus.
Untuk pelanggan listrik prabayar ini, PLN menyediakan tegangan 900 VA (VOlt Ampere) hingga 550 VA. Selain disediakan untuk migrasi pelanggan, jaringan ini juga tersedia untuk pelanggan baru.
Masih menurut Agus, Jatim dalam hal ini memang sedikit tertinggal dari beberapa provinsi lainnya, dimana listrik Prabayar ini semula memang mulai diterapkan di Batam, Jabar dan Bali.
Komsumsi listrik di Jatim saat ini mencapai 5,1 MWH (Mega Watt Hour) atau naik sekitar empat persen dibandingkan tahun lalu yang hanya 4,8 MWH.
Anggota Komisi Energi Dewan Perwakilan Rakyat Daerag Jawa Timur Jalaluddin Alham mendesak PLN lebih mensosialisasikan listrik prabayar. "Saya melihat, sosialisasi yang dilakukan PLN masih sangat minim," kata politisi dari Fraksi Demokrat itu.
ROHMAN TAUFIQ