TEMPO Interaktif, Malang - Olah raga prestasi tak hanya monopoli para atlet. Narapidana yang terampas kebebasanpun berhak menyicipinya. Seperti yang dilakukan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Kantor Wilayah Jawa Timur dengan menyelenggarakan pekan olah raga dan seni narapidana (Porsenap), sebanyak 273 atlet narapidana dari 37 lembaga pemasyarakatan unjuk diri. "Hadiah utama piala bergilir Menteri hukum dan HAM," kata ketua panitia Porsenap yang juga kepala Lembaga Pemasyarakatan Lowokwaru Malang, Widodo Joko Harjono.
Kegiatan dilangsungkan selama tiga hari melombakan futsal, bola volly, tenis
meja, bulu tangkis, catur, MTQ, dakwah agama, cerdas cermat agama dan karaoke.
Menghabiskan anggaran sebanyak Rp 78 juta iuran anggota lembaga pemasyarakatan.
Kepala kantor wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Timur, Sihabuddin mengatakan porsenap ini menjadi tolok ukur pembinaan narapidana. Seperti pembinaan
keolahragaan, rohani dan sosial yang diterapkan di masing-masing lembaga pemasyarakatan. "Berfungsi mengukur pembinaan lembaga pemasyarakatan melalui
prestasi olahraga, seni dan agama," ujarnya.
Kegiatan ini sekaligus menguji tingkat emosional para narapidana. Lantaran, sering kali saat bertanding terjadi persaingan dan gesekan emosi. Pengendalian emosi, katanya, menjadi kunci dalam olahraga. Kegiatan ini juga menjadi ajangsosialiasasi antar narapidana. "Mereka akan saling bercerita tentang pelayanan kesehatan dan pola pembinaan antar lembaga pemasyarakatan," katanya.
Para narapidana, katanya, juga mendapat berbagai fasilitas seperti bahan bacaan,
peningkatan keterampilan kecakapan hidup dan pembinaan agama. Narapidana selama
ini dilatih keterampilan seperti pertukangan, cinderamata serta keterampilan lain sesuai dengan minat dan bakat.
Pada hari pertama, tim Singo Edan dari wilayah Malang menundukkan tim Bonek dari
Surabaya 3-0. Mahfud Jainudi striker Singo Edan mengaku bangga memenangkan pertandingan ini. Selama dua pekan ini, mereka giat berlatih setiap hari. Lelaki 21 tahun yang diganjar 10 tahun penjara karena kasus pembunuhan ini mengaku mengenal sepak bola setelah di penjara. "Saya lebih aktif di dalam penjara," katanya.
Tak hanya olah raga, selama empat tahun ini ia mengaku setiap hari juga lebih mendekatkan diri kepada sang pencipta dengan belajar mengaji. Serta mengembangkan
diri dengan belajar keterampilan membuat perabot rumah tangga.
EKO WIDIANTO