Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Nelayan Semarang Ingin Retribusi Tetap Diberlakukan  

image-gnews
TEMPO/ Arie basuki
TEMPO/ Arie basuki
Iklan

TEMPO Interaktif, Semarang -  Sejumlah nelayan di Semarang, Jawa Tengah,  menginginkan agar retribusi yang dibebankan kepada mereka tetap diberlakukan. Alasannya, pada masa paceklik para nelayan bisa mendapatkan uang intensif yang bersumber dari retribusi tersebut.

"Ibaratnya, retribusi ini sebagai celengan pada masa paceklik," kata Sujianto, salah satu nelayan di Tambak Lorok Sujianto kepada Tempo, Selasa (6/4).

Keinginan para nelayan ini bertolak belakang  dengan kebijakan Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad yang ingin menghapus retribusi nelayan hingga 0 persen. Kebijakan Fadel tersebut masuk dalam program 100 hari pemerintah meskipun belakangan gagal karena masih banyak pemerintah kabupaten/kota yang tetap memberlakukan retribusi nelayan.

Sujianto menambahkan, uang retribusi tersebut ibaratnya menjadi tabungan pada saat dirinya tidak bisa melaut pada masa paceklik. Masa paceklik adalah musim angin besar sehingga para nelayan tidak bisa melaut.

Di Semarang retribusi di tempat pelelangan ikan masih mencapai 5 persen. Angka itu terdiri atas retribusi nelayan sebesar 2 persen dan dari bakul (pembeli ikan) sebesar 3 persen.

Fathonah, salah satu bakul di Semarang menyatakan retribusi itu nanti akan dikembalikan ke nelayan dan bakul pada musim paceklik. "Istilahnya ini di saving dan nanti dikembalikan lagi," kata dia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Besaran uang yang dikembalikan ke nelayan dan bakul itu tergantung dari besarnya transaksi penjualan ikan maupun pembelian. Menurut Fathonah, setiap nelayan menjual ikan sebanyak Rp 1 juta maka akan menerima dana paceklik sebesar Rp 5 ribu. Sedangkan para bakul akan mendapatkan dana pengembalian Rp 2.500 setiap kelipatan membeli ikan sebesar Rp 1 juta.

Praktek seperti itu, kata dia, sudah lama berlangsung sehingga sulit jika dihilangkan. Hitungan kelipatan itu bisa dilihat dari nota penjualan ikan. "Akibatnya, nelayan ingin retrbusi tidak usah dihapus,"kata dia. Biasanya, musim paceklik akan datang pada Juni mendatang atau pada musim barat.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kota Semarang Ida Purnomowati menyatakan pihaknya akan tetap memberlakukan retribusi terhadap para nelayan di tempat pelelangan ikan (TPI).  Namun besaran retribusi pada masa mendatang akan diturunkan dari 5 persen menjadi 1,5 persen.

Selama ini, selain bisa memberikan pemasukan kepada pendapatan asli daerah, retribusi nelayan juga bisa memberikan kesejahteraan terhadap para nelayan. Ida mencontohkan jika terjadi musim paceklik maka para nelayan bisa mendapatkan insentif. Selain itu, para nelayan juga bisa meminjam dana retribusi tersebut melalui koperasi.

ROFIUDDIN

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

1 hari lalu

Warga berebut sesaji saat mengikuti prosesi Pesta Lomban di laut Jepara, Jepara, Jawa Tengah, Rabu 17 April 2024.  Pesta Lomban yang diadakan nelayan sepekan setelah Idul Fitri dengan melarung sesaji berupa kepala kerbau serta hasil bumi ke tengah laut itu sebagai bentuk syukur dan harapan para nelayan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rezeki dan keselamatan saat melaut. ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho
Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

Tradisi Lomban setiap bulan Syawal di jepara telah berlangsung sejak ratusan tahun lalu.


Polisi Gagalkan Penyelundupan Sabu dari Malaysia, Pelaku yang Menyamar Nelayan Diupah Rp 10 Juta per Kg

2 hari lalu

Ilustrasi Sabu. TEMPO/Amston Probel
Polisi Gagalkan Penyelundupan Sabu dari Malaysia, Pelaku yang Menyamar Nelayan Diupah Rp 10 Juta per Kg

Bareskrim Polri menangkap lima tersangka tindak pidana narkotika saat hendak menyeludupkan 19 kg sabu dari Malaysia melalui Aceh Timur.


Walhi dan Pokja Pesisir Kaltim: Teluk Balikpapan Rusak akibat Pembangunan IKN

7 hari lalu

Direktur Walhi Jawa Tengah Fahmi Bastian. Foto dok.: Walhi
Walhi dan Pokja Pesisir Kaltim: Teluk Balikpapan Rusak akibat Pembangunan IKN

Walhi dan Pokja Pesisir Kalimantan Timur sebut kerusakan Teluk Balikpapan salah satunya karena efek pembangunan IKN.


Sejumlah Permasalahan Perikanan Jadi Sorotan dalam Hari Nelayan Nasional

12 hari lalu

Ilustrasi nelayan. TEMPO/M Taufan Rengganis
Sejumlah Permasalahan Perikanan Jadi Sorotan dalam Hari Nelayan Nasional

Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) mengungkap sejumlah permasalahan nelayan masih membutuhkan perhatian serius dari pemerintah.


Tidak Ditenggelamkan, Dua Kapal Illegal Fishing Diserahkan ke Nelayan Banyuwangi

20 hari lalu

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono dalam acara Pertemuan Nasional Kesetaraan Gender, Disabilitas, dan Inklusi Sosial di Kantor KKP, Jakarta Pusat pada Selasa, 19 Maret 2024. Tempo/Aisyah Amira Wakang
Tidak Ditenggelamkan, Dua Kapal Illegal Fishing Diserahkan ke Nelayan Banyuwangi

Menteri KKP Wahyu Sakti Trenggono menyerahkan dua kapal illegal fishing ke nelayan di Banyuwangi, Jawa Timur.


Kapal Tenggelam, Puluhan Pengungsi Rohingya Diselamatkan Nelayan Aceh dan Tim SAR

29 hari lalu

Dua orang anak bermain di lokasi  kapal mengangkut imigran etnis Rohingya yang mendarat di pantai desa  Ie Meule, kecamatan Suka Jaya, Pulau Sabang, Aceh, Sabtu 2 Desember 2023.  Sebanyak 139 imigran etnis Rohingya terdiri dari laki laki,  perempuan dewasa dan anak anak menumpang kapal kayu kembali mendarat di Pulau Sabang, sehingga total jumlah imigran di Aceh tercatat  sebanyak 1.223 orang. ANTARA FOTO/Ampelsa
Kapal Tenggelam, Puluhan Pengungsi Rohingya Diselamatkan Nelayan Aceh dan Tim SAR

Nelayan Indonesia dan tim SAR pada Rabu 20 Maret 2024 berjuang menyelamatkan puluhan warga Rohingya setelah air pasang membalikkan kapal mereka


Eksploitasi Pekerja Sektor Perikanan Indonesia Masih Tinggi, Subsidi Nelayan Sulit

32 hari lalu

Delapan awak kapal WNI di  kapal kargo di Taiwan, 28 Oktober 2022. (ANTARA FOTO/FAHMI FAHMAL SUKARDI)
Eksploitasi Pekerja Sektor Perikanan Indonesia Masih Tinggi, Subsidi Nelayan Sulit

Pengusaha yang hanya mengejar keuntungan telah menyebabkan luasnya praktik kerja paksa, perdagangan manusia, dan perbudakan di sektor perikanan.


Edi Damansyah Dorong Produksi Perikanan Kukar

32 hari lalu

Edi Damansyah Dorong Produksi Perikanan Kukar

Bupati Kutai Kartanegara (Kukar), Edi Damansyah, membuat program Dedikasi Kukar Idaman untuk para nelayan dan pembudidaya ikan di Kecamatan Anggana.


Cuaca Ekstrem dan Gelombang Tinggi di Laut Selatan, Nelayan Sukabumi Terdampar di Garut

32 hari lalu

Sejumlah perahu nelayan tertambat di dermaga Cilaut Eureun, Pantai Santolo, Garut, Jawa Barat, (1/1). TEMPO/Prima Mulia
Cuaca Ekstrem dan Gelombang Tinggi di Laut Selatan, Nelayan Sukabumi Terdampar di Garut

Polairud Polres Garut yang sedang mencari seorang nelayan setempat kini ketambahan mencari seorang lagi asal Sukabumi sesama korban gelombang tinggi.


Angin Kencang dan Gelombang Laut Tinggi, Nelayan Garut Tak Bisa Melaut

33 hari lalu

Penjabat Bupati Garut Barnas Adjidin meninjau daerah yang terdampak gelombang tinggi dan angin kencang di Pantai Rancabuaya, Kecamatan Caringin, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Sabtu (16/3/2024). ANTARA/HO-Diskominfo Garut
Angin Kencang dan Gelombang Laut Tinggi, Nelayan Garut Tak Bisa Melaut

Angin kencang dan gelombang laut tinggi mengakibatkan sejumlah nelayan Garut, Jawa Barat, tak bisa melaut. Karena dinilai dapat membahayakan jiwa.