TEMPO Interaktif, Surakarta - Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo melarang Badan Urusan Logistik Divisi Regional III Jawa Tengah untuk mendistribusikan beras di gudang Bulog Karanganyar untuk masyarakat miskin. Pasalnya, gubernur menganggap beras yang berada di gudang itu tidak layak dikonsumsi.
"Berasnya rusak dan berbau busuk," kata Bibit Waluyo usai melakukan inspeksi mendadak ke gudang beras milik Bulog yang berada di Karanganyar, Selasa (30/3). Selain itu, dia menganggap beras di gudang tersebut tidak memenuhi standar kebersihan.
Bibit menduga, rusaknya beras di gudang tersebut disebabkan tidak beroperasinya mesin pengering. Padahal seharusnya, mesin tersebut harus selalu dioperasikan, terutama pada saat mesin penghujan. Lagi pula, stok beras yang menumpuk di gudang merupakan hasil penyerapan dari petani pada pertengahan tahun lalu.
Keberadaan gudang tersebut menurut Bibit sangat strategis karena berdekatan dengan tiga kabupaten penghasil beras yang cukup diandalkan. "Gudang itu untuk menyerap hasil produksi beras di Karanganyar, Sragen, dan Sukoharjo," kata Bibit.
Dia khawatir, ketidakberesan pengelolaan gudang beras di Karanganyar tersebut membuat petani kesulitan dalam menjual berasnya. Sebab, banyak petani yang mengandalkan penyerapan dari Bulog untuk menjual berasnya. "Bisa berdampak pada gairah petani dalam menanam padi," kata dia.
Menurut Bibit, hasil pertanian padi di Jawa Tengah selama 2009 lalu cukup membanggakan. "Kita mengalami surplus beras hingga 2,6 juta ton," kata Bibit. Selain itu, hasil pertanian padi di Jawa Tengah menopang 15 persen dari kebutuhan beras nasional.
Mengenai penggunaan ribuan ton beras yang berada di gudang tersebut, Bibit menyerahkan persoalan tersebut kepada Bulog. "Mau di bakar atau diapakan, terserah," kata dia.
Sementara itu, Kepala bulog Divre III Jawa Tengah, Harry Syahdan menolak berkomentar mengenai temuan tersebut. "Saya belum melihat ke lapangan," kata dia ketika ditemui di Surakarta.
Sedangkan Kepala Bulog Sub Divre III Surakarta, Nono Sukrono secara tegas membantah jika beras yang tersimpan di gudang tersebut dalam kondisi rusak. "Semua dalam kondisi bagus," kata dia. Dia justru menyebut jika gubernur tidak memahami prosedur penyimpanan beras di gudang.
Dia beralasan, bau busuk yang berada di dalam gudang tersebut berasal dari bangkai tikus. "Tadi anak buah saya melaporkan demikian," kata Nono. Adanya bangkai tikus tersebut berasal dari kegiatan penyemprotan obat anti hewan yang dilakukan beberapa hari sebelumnya.
Namun dia mengakui, jika mesin pengering beras sudah beberapa waktu tidak dioperasikan. "Kita melakukan pengeringan manual dengan sinar matahari," kata dia. Menurutnya, pihaknya kesulitan untuk mendapatkan minyak tanah sebagai bahan bakar mesin pengering.
AHMAD RAFIQ