TEMPO Interaktif, Jakarta - Pengamat politk dari Universitas Indonesia, Arbi Sanit, menilai pelaksanaan Mukhtamar Nahdlatul Ulama ke-32 di Makassar menjadi momentum bagi organisai nahdliyin itu untuk meninggalkan dunia politik praktis. Menurut dia, selama 10 tahun terakhir, NU terperangkap dalam pergulatan kekuasaan. “Kalau organisasi seperti NU ikut-ikutan berpolitik, siapa yang akan menjaga moral negeri ini?” kata Arbi saat dihubungi Tempo, Selasa (23/3).
Arbi menyebutkan, selama satu periode ini, keterlibatan NU dalam politik praktis ditandai oleh berdirinya sejumlah partai yang didirikan kiai. Kalaupun tak masuk partai, para kiai itu kerap mengerahkan dukungan ke calon atau partai tertentu.
“Kiai tak lagi membawa pesan moral, tapi pesan politik,” ujarnya. Dengan kondisi seperti itu, Arbi melanjutkan, NU sebagai organisasi tak lagi berfungsi sebagai wadah yang mempersatukan umat. “NU jadi sempit dan tidak obyektif,” kata dia.
ANTON SEPTIAN