“Hilangnya ratusan pintu air menyebabkan air jadi sulit diatur sehingga merendam tanaman padi,” kata Soesi Sriwidjayanto, Kepala Seksi Operasional Pemeliharaan Jaringan Irigasi Sumber Daya Air Dinas Pengairan, Rabu (3/3).
Petugas Dinas Pengariran dan petani terpaksa menggunakan tanah liat untuk mengganti fungsi pintu. Namun, beberapa kali upaya ini gagal karena tanah liat tak sanggup menahan gerusan air, terlebih pada saat hujan turun dengan deras.
Soesi mencemaskan pencurian pintu air terus berlangsung karena jumlah petugas sangat sedikit untuk mengawasi seluruh pintu air yang tersisa dan tersebar di sejumlah kecamatan. Pencuri nekat mencurinya karena pintu air terbuat dari pelat baja hitam dan bahan lain yang berharga mahal.
“Biasanya dicuri untuk dirombengkan atau dijadikan besi tua yang laku dijual. Kami menduga pencurinya lebih dari satu orang dan membawa mobil,” ujar Soesi. Kasus pencurian pintu air pernah terjadi di Kecamatan Tumpang.
Untuk mengganti seluruh pintu air yang hilang dibutuhkan sekitar Rp 12 miliar. Harga pintu air bervariasi antara Rp 6 juta sampai Rp 15 juta per unit. Ini untuk pintu air dengan kualitas sedang. Sedangkan pintu air berkualitas bagus (tipe A2) dan bermutu paling tinggi (tipe B) berharga masing-masing Rp 20 juta dan Rp 25 juta.
Dinas Pengairan sudah mengajukan permohonan mendapatkan dana tersebut kepada pemerintah dan parlemen setempat. ABDI PURNOMO.