TEMPO Interaktif, Brebes - Dinas Peternakan Kabupaten Brebes meminta agar masyarakat waspada terhadap penularan virus Avian Influenza atau flu burung yang biasa di tularkan dari unggas. Himbauan ini terkait dengan maraknya temuan virus membahayakan ini pada sejumlah ayam yang mati mendadak sejak bulan Januari lalu.
“Kami minta agar masyarakat waspada, karena temuan ayam yang terjangkit virus ini mencapai 802 ekor,” ujar Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Brebes, Nono Setyawan, saat ditemui di ruang kerjanya hari Rabu, 10 Februari kemarin.
Temuan melalui rapid test atau pemeriksaan secara cepat sejumlah bangkai ayam tersebut diketahui di 12 desa pada enam kecamatan dalam wilayah Kabupaten Brebes. Menurut Nono, Kabupaten Brebes sendiri sebagai daerah endemik flu burung yang sering muncul saat musim hujan, ketika ayam mengalami penurunan ketahanan tubuh saat pergantian musim. “Dalam kondisi tersebut banyak ayam yang tak tahan, sehingga langsung terinveksi virus,” ujar Nono menambahkan.
Berdasarkan temuan Dinas Peternakan Kabupaten Brebes menunjukan ayam yang mati akibat flu burung terjadi pada perkampungan, yang warganya biasa memelihara unggas berdekatan dengan tempat tinggal. Kondisi ini dikhawatirkan rawan menular ke manusia. “Ratusan ayam yang telah terinveksi itu jenis ayam kampung yang langsung dipelihara di rumah warga,” ujar Nono menegaskan.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Dinas Peternakan Kabupaten Brebes, Jhoni Murahman, mengaku telah mengintensifkan pemeriksaan sejumlah ayam kampung yang dipelihara warga. “Ini terkait maraknya temuan ayam yang telah terjangkit virus ini,” ujar Jhoni.
Ia mengaku telah mengerahkan 34 petugas terdiri tim penyuluh dan Partisipatory Disease Surveylance and Respons (PDSR) untuk menghindari penularan dari unggas ke manusia. Menurut dia, saat ini terdapat enam kecamatan yang kedapatan ada unggas yang mati mendadak akibat flu burung, ke enam kecamatan tersebut meliputi Kecamatan Bumiayu, Tonjong, Losari, Brebes, Tanjung dan Wanasari.
EDI FAISOL