Kenaikkan harga terjadi sekitar lima hari belakangan. Harga logam lima hari kemrain hanya Rp 30 ribu per kilogram, namun kini naik menjadi Rp 40 ribu perkilo. Harga lilin juga demikian. Jika lima hari lalu harga lilin satu kilo hanya Rp 15 ribu, kini naik menjadi Rp 20 ribu.
”Pemerintah harus menyelesaikan masalah ini,” kata Ketua Koperasi Komunitas Pengrajin Kuningan Ganesa, Kecamatan Trowulan, Supriyadi, Minggu (31/1). Hal itu mempengaruhi omzet perajin. Jika dalam satu bulan penghasilan bersih mencapai Rp 25 juta, kini hanya Rp 15 juta. Omzet turun bukan karena sepi order, tapi karena naiknya bahan baku.
Dampak berbeda dirasakan perajin dan pedagang manik-manik di Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Saat ini, produk kerajinan manik-manik tengah lesu karena gempuran produk Cina. Sebut saja manik-manik kalung, cincin, gelang, dan anting-anting.
Di Jombang, produk manik-manik ini kalah bersaing. Selain harga lebih murah, kualitas produk Cina lebih unggul.” Belum banyak (produk Cina) saja, kita sudah terpengaruh. Apalagi kalau sudah banyak,” keluh Srianah, perajin manik-manik asal Gudo, Jombang.
Srianah mengaku usahanya mengalami kesulitan semenjak tahun lalu karena kalah bersaing dengan manik-manik asal Cina. Menurutnya, teknologi canggih yang digunakan oleh Cina dalam membuat produk menjadikan barang hasil olahan negeri tirai bambu ity lebih berkualitas daripada produk lokal.
Bahkan, Pujiono, pengrajin sekaligus penjual merugi hingga 50 persen. Besarnya biaya produksi tak sebanding dengan hasil penjualan produk.
Sebab itu, dia berencana merumahkan beberapa karyawanya.”Dari 10 karyawan saya gunakan 8 saja, yang lain saya berhentikan dulu,” kata dia.
MUHAMMAD TAUFIK