Kondisi diperparah oleh hujan yang tidak stabil. Di Bojonegoro selama satu pekan ini hujan tidak turun. Petani di sejumlah desa di sekitar irigasi waduk terbesar di kabupaten ini menjadi resah. Mereka takut, jika hujan belum turun dan pintu utama waduk, tidak segera diperbaiki, akan berdampak pada tanaman padi mereka. “Takut kering kehabisan air,” tutur Zaini, petani asal Kapas, Bojonegoro.
Saat ini debit air yang ditampung Waduk Pacal hanya tersisa sekitar 5 juta meter kubik dari kapasitas waduk sekitar 23 meterkubik. Sedangkan ketinggian air di waduk hanya sekitar 12 meter. Meski hujan sempat turun beberapa kali, tetapi belum membuat penuh waduk bangunan Pemerintah Belanda tahun 1933 itu.
Pada kondisi biasa, Waduk Pacal bisa mengaliri sekitar 6.000 hektare sawah di berbagai desa, terutama yang tersebar di enam kecamatan, yakni Kecamatan Temayang, Sukosewu, Balen, Kapas, Sumberejo dan Kecamatan Kanor.
Kepala Dinas Pertanian Bojonegoro Subekti mengharapkan para petani tidak resak secara berlebihan. Sebab curah hujan akan stabil pada pekan-pekan ini. “Kita berharap, hujan segera turun,” ujarnya. Adapun 2.000 hektare tanaman padi yang terancam rusak itu masih bisa terselamatkan.
Sementara itu Dinas Pengairan Bojonegoro telah menurunkan tim untuk memperbaiki pintu air yang tersumbat. Penyumbatan terjadi, diduga karena sedimentasi juga tumpukan kayu yang menutup pintu utama waduk. ”Kami bahkan mendatangkan penyelam dari Surabaya untuk meneliti penyebab penyumbatan,” kata Kepala Dinas Pengairan Bojonegoro Bambang Budi Santoso. SUJATMIKO.