Berdasarkan pantauan Tempo, di Pasar Besar Bojonegoro, Selasa (12/1), tepung terigu, misalnya, naik dari Rp 5.000 per kilogram menjadi Rp 5.500. Beras IR 64 dari Rp 5.500 menjadi Rp 6.000, beras rojo lele dari Rp 6.100 menjadi Rp 6.500 per kilogramnya. Kenaikan juga terjadi pada gula pasir, dari Rp 9.800 per kilogram menjadi Rp 10.500. ”Harga sembako terus berubah-ubah dan cenderung naik,” kata seorang pedagang, Hanif, kepada Tempo.
Bahkan harga sayur mayur juga mengalami kenaikan. Misalnya kembang kol, dari Rp 5.500 per kilogram menjadi Rp 6.000. Wortel, dari Rp 6.000 per kilogram menjadi Rp 6.500. Sebagian besar sayur mayur yang diperdagangkan di Bojonegoro berasal dari Kabupaten Magetan.
Adapun minyak tanah, masih pada kisaran Rp 6.000 hingga Rp 6.500 per liternya meskpipun terkadang cenderung naik-turun. Kondisi itu dipengaruhi oleh para pembeli dari luar Bojonegoro, terutama nelayan dari Tuban dan Lamongan.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Bojonegoro Gumantijo mengatakan, kenaikan harga sembako merata di sejumlah daerah di Jawa Timur. Dia mencontohkan gula pasir. “Ini dampak dari harga gula secara nasional,” ujarnya kepada Tempo.
Kendati demikian, ada juga yang stabil bahkan turun. Misalnya, minyak gorieg curah, dari Rp 9.000 per liter turun menjadi Rp 8.500. Demikian juga bawang merah dan bawah putih masih dalam kisaran Rp 10.000 hingga Rp 10.500 per kilogram.
Pemerintah Bojonegoro masih melakukan penjadwalan untuk mengajukan operasi pasar, termasuk mengantisipasi gejolak harga pada saat tingginya curah hujan yang diikuti bencana banjir. Namun, untuk pelaksanaan operasi pasar juga masih dilakukan pembahasan anggarannya. SUJATMIKO.