TEMPO Interaktif, Bandung -Tim peneliti Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung kesulitan mendapat data pembanding obat kaki gajah.
Permintaan data berupa bahan baku obat ke Badan Pengawasan Obat dan Makanan Bandung, sejauh ini belum mendapat tanggapan.
"Kami belum bisa menyimpulkan kajian obat karena data pembandingnya belum dapat," kata Dekan Sekolah Farmasi ITB, Tutus Gusdinar, Selasa (24/11).
Menurut dia, data pembanding yang diperlukan adalah bahan baku obat kaki gajah atau filariasis. Pihaknya sudah meminta ke BPOM pusat di Jakarta, namun dikatakan sudah habis karena disebar ke berbagai BPOM daerah. Farmasi ITB diminta ke BPOM Bandung. "Kalau masih susah juga, mungkin kami akan minta ke industri (pembuat obatnya)," katanya.
Dari data pembanding yang dimiliki BPOM, tim riset nantinya akan menyimpulkan keaslian dan tingkat kerusakan obat, serta kandungan zatnya. Penelitian itu untuk memenuhi permintaan kepolisian terkait dugaan kasus kematian sejumlah warga Kabupaten Bandung setelah meminum obat anti kaki gajah 10 November lalu.
Tapi, menurut Tutus, Farmasi ITB tidak akan menyimpulkan hubungan kematian warga dengan obat anti kaki gajah yang diminum. "Itu nanti kepolisian yang menyimpulkan, kami hanya memberi data-datanya saja," ujarnya.
Sedangkan staf hubungan masyarakat BPOM Bandung Siti Nuraniah mengatakan, pihaknya terbuka untuk memberikan data yang diminta Farmasi ITB. "Kalau datanya ada kami berikan," katanya saat dihubungi Tempo, Selasa (24/11). Penelitian BPOM sendiri, katanya, menyatakan obat anti kaki gajah dari pemerintah sudah sesuai standar dan tidak bermasalah.
Pasca pengobatan massal pemberantasan penyakit kaki gajah 10 November lalu di Kabupaten Bandung, 900 lebih warga berobat ke sejumlah rumah sakit.
Mereka mengeluhkan efek samping obat seperti mual, muntah, pusing, diare, juga sesak nafas, dan kaki sulit berjalan. Selain itu, 8 orang diduga meninggal karena obat tersebut. Paket obat ity terdiri dari Diethylcarbamazine citrate sebanyak 3 butir, Albendazol dan parasetamol masing-maing 1 butir.
Pemerintah memastikan 3 orang diantaranya meninggal tanpa meminum obat anti kaki gajah. Sisanya disebutkan meninggal karena penyakit berat yang diidap korban seperti jantung dan darah tinggi, bukan karena obat anti kaki gajah yang diminum.
Kepolisian resort Bandung pekan lalu telah meminta keterangan pejabat Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung untuk menyelidiki kasus tersebut.
ANWAR SISWADI