TEMPO Interaktif, Sumenep - Warga di sejumlah pulau di Kabupaten Sumenep, Madura, dilanda krisis listrik. Listrik yang biasanya menyala 24 Jam nonstop, sejak awal Ramadan berkurang menjadi 10 jam per hari.
"Awalnya listrik 24 jam, dikurangi 12 jam, dikurangi lagi 10 jam perhari," kata tokoh masyarakat Pulau Sapeken, Kabupaten Sumenep, Ad Dailamy, Minggu (6/9).
Sejumlah pulau yang dilanda krisis listrik, antara lain Pulau Sapeken, Satabo, Peliat, dan Saebus. Krisis ini, kata Dailamy, tidak hanya mengganggu aktivitas perekonomian warga, tapi juga mengganggu aktivitas sekolah dan beribadah. "Kalau listrik mati, kita adzan mau pakai apa," kata dia.
Dailamy mengatakan berbagai upaya telah dilakukan masyarakat Sapeken untuk mengatasi krisis listrik tersebut, termasuk mengadukannya di zaman Presiden Abdurahman Wahid. "Tapi gak ada perubahan, listrik tetap byarpet," katanya.
Warga Sapeken lainnya, Haji Benu, menilai lebih setuju jika pembangkit listrik kepulauan di pegang oleh swasta bukan PLN. Dia beralasan, di beberapa pulau, seperti Pulau Pegerungan Kecil dan Besar, Sepanjang, dan Saseel, tidak lagi mengalami byarpet. "Listrik normal karena dipegang swasta," jelasnya.
Menurut Salim, Kepala Desa Pulau Sapeken, krisis listrik ini sebenarnya sudah sempat diatasi sehingga bisa menyala selama 24 jam, sejak awal tahun lalu. Namun, sejak bulan Mei lalu, PLN Sapeken mendadak mengurangi jam nyala listrik dari 24 jam menjadi 12 jam perhari. "Gak pernah ada alasan yang jelas dari PLN," katanya.
MUSTHOFA BISRI