Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

AS Tawarkan 34 Hercules ke Tentara Nasional Indonesia  

image-gnews
Hercules/TEMPO/ Aman Rochman
Hercules/TEMPO/ Aman Rochman
Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta - Pemerintah Amerika Serikat menawarkan 34 pesawat angkut C-130 Hercules tipe E kepada Tentara Nasional Indonesia. Tawaran membeli itu telah disampaikan kepada Departemen Pertahanan beberapa bulan lalu. Saat ini Departemen Pertahanan telah meminta Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara untuk mengkaji penawaran tersebut. “Minggu depan tim perencanaan mulai bekerja,” kata Kepala Dinas Penerangan Tentara Nasional Indonesia Angkutan Udara, Marsekal Pertama Bambang Soelistyo di Jakarta, Rabu (12/8).

Menurut Bambang pesawat-pesawat tersebut sudah tidak lagi digunakan di Amerika Serikat. Jika sepakat dibeli, Aamerika Serikat akan melakukan perbaikan dan modifikasi terlebih dahulu. Satu pesawat dibanderol U$ 40 juta atau sekitar Rp 400 miliar. Sebagai perbandingan untuk satu pesawat terbaru Hercules tipe J harganya mencapai U$ 90 juta atau hampir Rp 1 triliun.

Bambang mengatakan, dengan keterbatasan anggaran pertahanan, diperkirakan hanya enam pesawat yang akan diambil. “Tapi semua masih dikaji dahulu,” katanya. Departemen Pertahanan dan Tentara Nasional Indonesia menempatkan prioritas pembelian dan pemeliharaan pesawat angkut untuk lima hingga sepuluh tahun mendatang. Alasannya, pesawat angkut memiliki dua fungsi baik militer maupun non militer. “Armada angkut juga efektif membantu penanganan bencana,” kata Bambang.

Pengamat Militer Universitas Indonesia Andi Widjojanto menilai, Departemen Pertahanan harus memanfaatkan tawaran negeri adidaya tersebut. “Harus diambil,” kata dia. Namun, Andi mengingatkan, pembelian harus berlangsung secara paket. Artinya, setidaknya pesawat dimodifikasi setara kemampuan tipe H. Jaminan suku cadang juga harus diminta Departemen Pertahanan. “Paling tidak ada
garansi tiga tahun,” katanya.

Dia mencontohkan pembelian 39 kapal bekas dari Jerman Timur awal tahun 1990-an. Meski Indonesia membeli kapal dengan harga murah, tidak adanya jaminan suku cadang dan pelatihan bagi anak buah kapal membuat anggaran pembelian jadi membengkak.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Saat ini Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara memiliki dua skadron Hercules yang berada di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, dan Pangkalan Udara Abdurrachman Saleh, Malang. Dengan rata-rata tingkat kesiapan sekitar 60 persen. Untuk meningkatkan kesiapan pesawat, matra udara melakukan program peremajaan. Sembilan pesawat tipe B (buatan tahun 1960) masuk program ini. Empat di antaranya telah selesai diremajakan di Singapore Technical Industry, Singapura. Peningkatan kemampuan Hercules di Singapura mencakup perbaikan badan pesawat, modifikasi avionik dan modifikasi mesin.

Dalam program itu Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara sekaligus mengirimkan teknisi untuk meningkatkan kemampuan pemeliharaan dan perbaikan pesawat Hercules. Peremajaan selanjutnya dilakukan di dalam negeri. Depo Pemeliharaan 30, Lanud Abdurrahman Saleh akan peningkatan kemampuan mesin tipe B ke tipe H.

TITIS SETIANINGTYAS

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Kopassus Buka Ekspedisi NKRI 2017, Pendaftaran Secara Daring  

22 Mei 2017

TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
Kopassus Buka Ekspedisi NKRI 2017, Pendaftaran Secara Daring  

Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI Angkatan Darat kembali membuka pendaftaran calon peserta Ekspedisi NKRI 2017.


Konflik Papua, Ray Rangkuti Minta Peran TNI Dibatasi  

5 Oktober 2016

Pangkostrad TNI Letjen Edy Rahmayadi memberi arahan kepada Prajurit Batalion Infantri Para Raider 330 Kostrad saat akan diberangkatkan dalam Satgas Pam (Pengamanan) perbatasan RI-Papua Nugini melalui Dermaga Kolinlamil, Tanjung Priok, Jakarta, 9 Mei 2016. TEMPO/Subekti
Konflik Papua, Ray Rangkuti Minta Peran TNI Dibatasi  

Seharusnya TNI tidak dapat turun tangan dalam mengatasi konflik di tanah tersebut.


Ini Kata Kapolri tentang Penyelesaian Pelanggaran HAM Papua  

25 April 2016

Sejumlah mahasiswa Papua yang tergabung dalam forum Mahasiswa peduli Rakyat Papua, menggelar Aksi Unjuk Rasa di depan Monumen Pembebasan Irian Barat di Makassar, Sulsel, 10 Oktober 2015. Dalam Aksinya mereka meminta kepada pemerintah Jokowi-JK, menyelesaikan kasus-kasus HAM yang terjadi di Papau dan membuka ruang demokrasi bagi rakyat papua. TEMPO/Iqbal Lubis
Ini Kata Kapolri tentang Penyelesaian Pelanggaran HAM Papua  

Ada dua cara penyelesaian: pertama, dengan pendekatan politis; dan kedua, dengan pendekatan hukum.


BIN Sebut 20 Penembakan di Papua Selama 2015  

9 Februari 2016

Kepala BIN Letjen (Purn) Sutiyoso. TEMPO/Imam Sukamto
BIN Sebut 20 Penembakan di Papua Selama 2015  

Pemerintah menegaskan bahwa tindakan tegas tetap harus ada.


Penyerangan Polsek Sinak, TNI AD Tingkatkan Kewaspadaan  

28 Desember 2015

TEMPO/ Machfoed Gembong
Penyerangan Polsek Sinak, TNI AD Tingkatkan Kewaspadaan  

TNI Angkatan Darat juga menyiagakan intelijen untuk pencegahan dini serangan lanjutan.


Kenapa Kasus Kekerasan Militeristik Terus Menguat di Papua?

7 September 2015

Para korban tertembak dalam rusuh Tolikara pada Jumat, 17 Juli 2015 lalu. Mereka rata-rata menderita luka tembak di bagian kaki dan tangan terkena serphan peluru. Dari 11 orang yang jadi korban tertembak, ada enam yang sedang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Dok 2 Kota Jayapura, Papua, 22 Juli 2015. TEMPO/Cunding Levi
Kenapa Kasus Kekerasan Militeristik Terus Menguat di Papua?

Menurut Komnas HAM, hampir setiap minggu terjadi kasus kekerasan di Papua.


Mahasiswa Berdemo Tuntut Jokowi Tarik Militer dari Papua  

4 September 2015

Seorang mahasiswa dari Aliansi Mahasiswa Papua berorasi saat menggelar aksi unjuk rasa di depan Gedung DPRD Kota Malang, Jawa Timur, 24 Juni 2015. Dalam aksinya mereka menuntut pemerintah Indonesia untuk memberikan hak dan kebebasan menentukan nasib masyarakat Papua tanpa adanya intervensi dari militer serta menuntastan kejahatan kemanusiaan di tanah Papua. TEMPO/Aris Novia Hidayat
Mahasiswa Berdemo Tuntut Jokowi Tarik Militer dari Papua  

Para mahasiswa yang berdemo mengingatkan Jokowi kalau jumlah rakyat Papua yang terbunuh sejak 1 Mei 1963 mencapai 500 ribu jiwa.


TNI Tembak Warga di Timika, Ini Kronologi Versi Warga  

28 Agustus 2015

Prajurit TNI berjaga di kawasan Bandara Mulia, Puncak Jaya, Papua, (16/11). Wilayah tersebut memang kerap mengalami gangguan keamanan. ANTARA/Andika Wahyu
TNI Tembak Warga di Timika, Ini Kronologi Versi Warga  

Penembakan itu dilakukan dua pemuda mabuk yang belakangan diketahui anggota TNI di Mimika


Anak-anak Papua Akan Disekolahkan di Bandung  

14 Agustus 2015

Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi Gubernur Papua Lukas Enembe dan Ketua Lembaga Masyarakat Adat Papua (LMA) Lenis Kogoya (kanan) meletakkan batu pertama pembangunan pasar Praha, Sentani, Jayapura, 28 Desember 2014. Dalam kunjungan kerjanya di Papua ini, Jokowi melakukan peletakan batu pertama pembangunan pasar di Papua yang dipusatkan di pasar Praha Sentani, Kabupaten Jayapura. ANTARA/Evarukdijati
Anak-anak Papua Akan Disekolahkan di Bandung  

Staf Khusus Presiden Jokowi untuk urusan Papua ingin memboyong anak-anak Papua belajar sampai sarjana di Bandung.


KSAD: Kodam Baru di Papua Selesai Januari 2016

30 Mei 2015

Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Gatot Nurmantyo, beri keterangan pers usai Rapat Pimpinan TNI AD, di Balai Kartini, Jakarta, 8 Januari 2015. TEMPO/Imam Sukamto
KSAD: Kodam Baru di Papua Selesai Januari 2016

Nama Kodam baru di Papua belum ditentukan. Penetapan nama diserahkan pada masyarakat Papua.