TEMPO Interaktif, Cirebon - Petani Cirebon, Jawa Barat, kesulitan air bukan hanya karena kemarau panjang tetapi ulah preman. Para petani tak bisa bebas mengambil air dari aliran sungai tanpa izin preman. Untuk menyedot air, petani harus bayar Rp 50 ribu per dua jam.
Kuswandi,43, warga Desa Kedondong, Kecamatan Susukan, Kabupaten Cirebon. Menurutnya, dia tidak bisa memasang pompa di Sungai Gintung, sebelum mendapatkan izin kepada orang-orang tertentu atau preman yang selama ini mengkoordinir pemasangan pompa di sungai.
"Kalau tidak meminta izin, pompa kami diambil paksa oleh preman-preman itu," katanya.
Kalau ingin menebus pompa, jelas Kuswadi, dia harus mengeluarkan Rp 100 ribu.
Karena tak bisa memasang pompa air, mereka pun akhirnya membeli air dari preman-preman itu. "Untuk 2 jam dikenakan pembayaran Rp 50 ribu," kata pemilik 1 hektar areal tanaman padi dengan usia 1,5 bulan itu.
Hal senada diungkapkan Waskita petani di daerah Winong, Kecamatan Ciwaringin yang juga memiliki 1 hektar tanaman padi dengan usia baru 1 bulan.
"Saat ini debit air semakin minim sehingga harus minta izin ke preman-preman itu," katanya.
Waskita pun mengaku akhirnya ia terpaksa membeli air. Karena membutuhkan air dalam jumlah banyak, ia pun harus membayar Rp 120 ribu untuk semalam mengairi sawah dengan air.
"Daripada tidak dapatkan air, lebih baik menurut saja dengan mereka-mereka," ujarnya.
Namun terkadang, walaupun sudah membayar tetap tidak dialirkan jika tidak ditunggu.
"Mau bagaimana lagi, kami menurut sajalah. Yang penting tanaman padi selamat dan bisa panen."
IVANSYAH