TEMPO Interaktif, Surakarta - Kepala Dinas Kesehatan Surakarta Siti Wahyuningsih mengatakan mulai saat ini akan dilakukan pemantauan secara ketat ke sekolah-sekolah termasuk pondok pesantren. Langkah ini diambil setelah Jumat (31/7), puluhan santriwati pondok pesantren putri Nahdlatul Muslimat yang diduga menderita flu babi setelah sebelumnya mengalami demam tinggi.
“Dengan adanya kejadian kemarin, kami akan lebih waspada. Petugas kesehatan masyarakat di pusat kesehatan masyarakat akan melakukan pantuan secara berkala ke sekolah dan pondok,” tuturnya, Sabtu (1/8) pagi.
Dia menyebut dengan keberadaan 17 puskesmas induk dan 25 puskesmas pembantu di lima kecamatan, dinilai memadai untuk menangkal kemungkinan penyebaran flu bagi. “Namun pihak sekolah juga harus turut membantu mengawasi. Jika tidak mampu mengatasi, segera hubungi puskesmas setempat,” dia menyarankan.
Sementara dari 20 santriwati yang kemarin dirujuk ke Rumah Sakit Dr. Moewardi, dia menerangkan 12 diantaranya sudah diperbolehkan pulang. Meski begitu, “Mereka harus tetap di pondok dan diisolasi dari penghuni lainnya. Mereka tidak boleh pulang ke rumah dan selama isolasi harus memakai masker serta diberikan tamiflu sehari dua kali selama lima hari,” tandasnya.
Dia menilai jika santriwati nekat pulang, akan sulit memantau kondisi tubuh yang bersangkutan. Dari delapan yang masih dirawat, dia mengatakan termasuk tiga santriwati yang sebelumnya ada kontak dengan unggas. “Tapi untuk memastikan apakah itu flu babi atau flu biasa, kami masih menunggu hasil uji laboratorium,” tandasnya.
UKKY PRIMARTANTYO