TEMPO Interaktif, Metro Lampung - Sebanyak 12 santri di tiga pondok pesantren yang terserang influensa massal dilarikan ke rumah sakit Ahmad Yani Metro. Belasan santri itu kondisinya sangat lemah dan mengalami demam tinggi.
"Kondisi mereka sangat lemah dan harus mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit. Kami memutuskan untuk dirawat di rumah sakit,” kata Hernowo Agung Wasono, kepala Dinas Kesehatan Kota Metro, Rabu (29/07).
Menurut Hernowo, 12 santri itu dirawat secara terpisah di rumah sakit milik pemerintah Kota Metro itu. Sebagian mereka sempat mendapatkan bantuan alat pernapasan karena mengalami sesak napas. “Meski begitu, kami belum memberikan tamiflu dan hanya memberi sejumlah vitamin serta obat pereda demam saja,” ujarnya. Selain dilarikan ke rumah sakit Ahmad Yani, dua belas santri lainnya juga dilarikan Pusat Kesehatan Masyarakat yang memiliki fasilitas rawat inap.
Dia mengatakan secara keseluruhan kondisi ratusan santri yang terserang influensa massal itu mulai membaik. Batuk yang menyerang ratusan santri itu, misalnya, mulai reda. Saat ini, menurut data Dinas Kesehatan Kota Metro, jumlah santri yang masih terserang demam tinggi adalah 167 orang dari 300-an santri sebelumnya. Mereka rata-rata berusia antara 12 hingga 17 tahun.
Sebanyak 15 dokter dan 30 perawat masih memantau para santri di tiga pesantren itu. Pengasuh pesantren dan dokter masih merawat 41 orang di Pesantren Darul A’mal, 59 di Raudatul Qur’an dan 43 orang di Tuma’ninah Yasin. Mereka ditempatkan di salah satu kamar atau di mushalla ketiga pondok pesantren itu.
Muhammad Mushlih, salah seorang pengasuh Pondok Pesantren Raudatul Qur’an, mengatakan petugas medis berhasil melokalisir penularan penyakit ke santri lain. “Para santri yang masih sehat dilarang kontak dengan yang terserang penyakit dan harus mengenakan masker selama di lingkungan pesantren,” ujarnya.
Selain memberi pengobatan gratis, Dinas Kesehatan Kota Metro juga intensif menyemprotkan disinfektan di tiga pesantren yang berada di Kecamatan Metro Selatan dan Metro Barat. “Mereka juga aktif memberi penyuluhan kepada santri untuk menerapkan pola hidup sehat,” katanya.
Menurut Dinas Kesehatan Kota Metro, tiga pondok pesantren beberapa kali terserang wabah penyakit seperti demam berdarah, chikungunya dan diare. Hal itu, kata Hernowo, karena pola hidup para santri kebanyakan masih di bawah standar kesehatan. Banyak sampah dan sisa makanan yang dibuang begitu saja oleh penghuninya. “Terlebih, penularan lebih cepat karena mereka tidur secara komunal dan hanya beralasan tikar atau kasur tipis. Kondisinya kumuh dan lembab,” tegasnya.
NUROCHMAN ARRAZIE