TEMPO Interaktif, Surabaya - Pemerintah Kota Surabaya menyatakan telah mendirikan posko pencegahan penyebaran flu babi di pondok pesantren Salafi Assafiiyah Al-Fitrah Kenjeran. Santri yang diduga terjangkit virus ini tidak perlu langsung datang ke rumah sakit.
“Pemeriksaan dini bisa dilakukan di sana,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Esty Martiana Racmie, Selasa (28/7).
Sebanyak 65 santri pondok sebelumnya diduga terjangkit virus babi dan dirawat di Rumah Sakit Haji Sukolilo. Sebagian mereka kini telah diperbolehkan kembali pulang. “Ternyata mereka negatif,” kata Esty.
Melalui posko ini, kata Esty, jika ditemukan dugaan santri lain yang diduga terjangkit, pemeriksaan bisa dilakukan dengan lebih cepat. Mereka tidak perlu langsung dibawa ke rumah sakit untuk memastikan gejala yang diidap benar flu babi atau bukan.
Dia mengatakan virus flu babi sangat mudah menyebar di kerumunan orang, semisal pesantren atau asrama. Meski penyebarannya cukup mudah, namun tingkat kematian flu babi lebih rendah dibandingkan dengan akibat flu burung.
Pemerintah Kota Surabaya, lanjut dia, menilai ditemukannya kasus flu babi di pondok pesantren ini adalah masalah kasuistik saja. Sehingga pemerintah merasa tidak perlu mendirikan posko serupa di tempat-tempat lain. Untuk pasien lain yang diduga terjangkit flu babi, pemerintah menyarankan agar segera memeriksakan kondisi ke Pusat Kesehatan Masyarakat terdekat.
Langkah lain yang dilakukan pemerintah kota untuk mencegah penyebaran virus ini adalah dengan melakukan sosialisasi penanganan flu babi ke seluruh Pusat Kesehatan Masyarakat dan Rumah Sakit di Surabaya. Selain itu, hingga kini, pemerintah kota mengakui telah menyalurkan sebanyak 7 ribu butir tamiflu, 5 ribu ke Puskesmas dan 2 ribu ke RS, sebagai upaya pencegahan.
ANANG ZAKARIA