TEMPO Interaktif, Surakarta: Sekretaris Departemen Pertanian Abdul Munif mengatakan produksi beras untuk 2009 diperkirakan mencukupi, bahkan berlebih. Jika diambil rata-rata, konsumsi beras per bulan sekitar 2,3 juta ton sementara produksinya mencapai 3 juta ton. ”Memang ada saat-saat dimana produksi beras merosot seperti bulan Oktober-Maret yang memang musim kemarau. Tapi diluar itu, bisa diatas 3 juta ton. Dan jika diambil rata-rata, produksi sudah diatas kebutuhan konsumsi beras nasional,” katanya seusai Seminar Ketahanan Pangan di Surakarta (16/5).
Meski begitu, sebagai langkah antisipasi, dia menyatakan telah ada kerjasama dengan Vietnam untuk menyediakan beras sebanyak satu juta ton. ”Tapi itu tidak meski kita ambil. Toh tahun lalu kita juga tidak impor beras,” jelasnya. Antisipasi dilakukan semisal ada bencana atau kondisi-kondisi tertentu yang menyebabkan produksi beras menurun atau kebutuhan konsumsi meningkat.
”Kita kan harus menyediakan pangan bagi 230 juta rakyat Indonesia. Jika ada persoalan sehingga pangan tidak terpenuhi, bisa jadi masalah besar. Sehingga lebih baik ada antisipasi,” terang Abdul sembari menyatakan hingga 6 bulan ke depan stok pangan nasional masih aman.
Mengingat produksi beras diperkirakan berlebih, dia menyebut Deptan berani mengijinkan ekspor beras sebanyak 100 ribu ton. Hingga akhir Mei 2009, disebutnya sudah ada 8-10 perusahaan yang sudah memegang ijin untuk mengekspor 54 ribu ton. Sisanya akan dipenuhi hingga akhir tahun. ”Tapi yang boleh diekspor adalah beras kelas premium yang harganya diatas 10 ribu rupiah per kilogram,” dia menegaskan.
Meskipun produksi beras medium sebenarnya lebih banyak, dia mengatakan tidak boleh dijual ke luar negeri. ”Beras medium dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Sehingga tidak boleh diutak-atik,” lanjutnya. Untuk beras raskin, dia menandaskan kebijakan tersebut akan terus dilakukan sepanjang 2009. Dari konsumsi beras nasional 2,3 juta ton per bulan, sekitar satu juta ton adalah beras raskin.
Persoalan ada beras raskin yang tidak layak konsumsi, dia menyebut hal itu bukan wilayah Deptan, melainkan Bulog yang bertugas menyimpan dan mendistribusikan beras. ”Tugas kami hanya memproduksi beras,” elaknya. Dia berpendapat, untuk menjaga kualitas beras raskin, dibutuhkan kerjasama semua pihak. Terutama kontrol dari masyarakat yang kemudian menyampaikan ke pemerintah jika menerima beras raskin berkualitas rendah.
UKKY PRIMARTANTYO