Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kasus Tentara di Sentani karena Komandan Terlalu Normatif

image-gnews
Iklan

TEMPO Interaktif, Bandar Lampung: Mantan Kepala Staf Daerah Militer V Brawijaya, Brigadir Jenderal Purnawirawan Mudjiono menyetakan ratusan anggota Batalion 751 yang mengamuk karena komandan pasukan itu bertindak terlalu normatif. “Komandan terlalu kaku, normatif dan tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk memimpin sebuah bataliyon,” kata Mudjiono di Bandar Lampung, Jum’at (01/05).

Mantan calon wakil gubernur Jawa Timur itu mengatakan peristiwa di Kota Sentani, Jayapura itu bukan karena faktor kesejahteraan prajurit yang rendah. “Pemotongan gaji prajurit untuk mengurus jenasah rekannya yang meninggal itu hanya pemicu,” katanya. Dia menduga komandan Bataliyon Infanteri 751 Wira Jaya Sakti Letnan Kolonel Lambok Sihotang kurang dekat dengan prajurit.

Seorang komandan batalion seharusnya bertindak cepat ketika menangani seorang prajurit yang meinggal dunia. "Komandan batalion seharusnya cepat karena urusan prajurit meninggal dalam kesatuan dan masalah uang dua hal yang sangat sensitif," katanya.

Komandan tidak bisa memberikan kesejahteraan kepada prajurit. “Jika kesejahteraan diartikan dengan uang, kesejateraan prajurit tidak pernah tercapai. Kesejahteraan seorang anggota batalion adalah berlatih. Semakin banyak berlatih, seorang prajurit makin sejahtera,” ujarnya.

Mudjiono yang pernah menjabat Komandan Batalion 745 Los Palos menjelaskan kehidupan di batalion itu sangat kental suasan kebersamaan. Batalion terdiri dari tamtama, bintara, perwira pertama dan perwira menengah. “Komandan dan wakilnya itu ibarat hanya tamu di batalion yang akan dinilai dan dibandingkan dengan komandan sebelumnya oleh prajurit yang telah hidup di batalion bertahun-tahun. Keduanya harus mampu mengambil hati mereka,” katanya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dia meminta petinggi Tentara Nasional Indonesia mempersiapkan seorang komandan dan wakil batalion dengan baik. “Sebelum diterjunkan menjadi komandan batalion, para perwira menengah itu harus dibekali dengan studi kasus dan pemahaman batalion yang cukup. Menjadi komandan harus memiliki seni. Komandan tidak boleh kaku,” katanya.

Dia mencontohkan banyak kasus serupa yang bisa menjadi rujukan bagi para komandan batalion agar tidak terulang kasus tentara mengamuk. Peristiwa anggota Batalion 751 Kota Sentani itu mirip dengan kasus di Batalion 745 Los Palos pada tahun 1999. Saat itu, kata dia, seluruh anggota batalion itu mengamuk karena seorang rekan mereka meninggal setelah dianiaya atasannya. “Saat itu, batalion dikuasai oleh seorang kopral karena semua perwira lari. Melalui pendekatan dan negosiasi, saya bisa menyelesaikan kasus itu,” katanya.

NUROCHMAN ARRAZIE

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Kopassus Buka Ekspedisi NKRI 2017, Pendaftaran Secara Daring  

22 Mei 2017

TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
Kopassus Buka Ekspedisi NKRI 2017, Pendaftaran Secara Daring  

Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI Angkatan Darat kembali membuka pendaftaran calon peserta Ekspedisi NKRI 2017.


Konflik Papua, Ray Rangkuti Minta Peran TNI Dibatasi  

5 Oktober 2016

Pangkostrad TNI Letjen Edy Rahmayadi memberi arahan kepada Prajurit Batalion Infantri Para Raider 330 Kostrad saat akan diberangkatkan dalam Satgas Pam (Pengamanan) perbatasan RI-Papua Nugini melalui Dermaga Kolinlamil, Tanjung Priok, Jakarta, 9 Mei 2016. TEMPO/Subekti
Konflik Papua, Ray Rangkuti Minta Peran TNI Dibatasi  

Seharusnya TNI tidak dapat turun tangan dalam mengatasi konflik di tanah tersebut.


Ini Kata Kapolri tentang Penyelesaian Pelanggaran HAM Papua  

25 April 2016

Sejumlah mahasiswa Papua yang tergabung dalam forum Mahasiswa peduli Rakyat Papua, menggelar Aksi Unjuk Rasa di depan Monumen Pembebasan Irian Barat di Makassar, Sulsel, 10 Oktober 2015. Dalam Aksinya mereka meminta kepada pemerintah Jokowi-JK, menyelesaikan kasus-kasus HAM yang terjadi di Papau dan membuka ruang demokrasi bagi rakyat papua. TEMPO/Iqbal Lubis
Ini Kata Kapolri tentang Penyelesaian Pelanggaran HAM Papua  

Ada dua cara penyelesaian: pertama, dengan pendekatan politis; dan kedua, dengan pendekatan hukum.


BIN Sebut 20 Penembakan di Papua Selama 2015  

9 Februari 2016

Kepala BIN Letjen (Purn) Sutiyoso. TEMPO/Imam Sukamto
BIN Sebut 20 Penembakan di Papua Selama 2015  

Pemerintah menegaskan bahwa tindakan tegas tetap harus ada.


Penyerangan Polsek Sinak, TNI AD Tingkatkan Kewaspadaan  

28 Desember 2015

TEMPO/ Machfoed Gembong
Penyerangan Polsek Sinak, TNI AD Tingkatkan Kewaspadaan  

TNI Angkatan Darat juga menyiagakan intelijen untuk pencegahan dini serangan lanjutan.


Kenapa Kasus Kekerasan Militeristik Terus Menguat di Papua?

7 September 2015

Para korban tertembak dalam rusuh Tolikara pada Jumat, 17 Juli 2015 lalu. Mereka rata-rata menderita luka tembak di bagian kaki dan tangan terkena serphan peluru. Dari 11 orang yang jadi korban tertembak, ada enam yang sedang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Dok 2 Kota Jayapura, Papua, 22 Juli 2015. TEMPO/Cunding Levi
Kenapa Kasus Kekerasan Militeristik Terus Menguat di Papua?

Menurut Komnas HAM, hampir setiap minggu terjadi kasus kekerasan di Papua.


Mahasiswa Berdemo Tuntut Jokowi Tarik Militer dari Papua  

4 September 2015

Seorang mahasiswa dari Aliansi Mahasiswa Papua berorasi saat menggelar aksi unjuk rasa di depan Gedung DPRD Kota Malang, Jawa Timur, 24 Juni 2015. Dalam aksinya mereka menuntut pemerintah Indonesia untuk memberikan hak dan kebebasan menentukan nasib masyarakat Papua tanpa adanya intervensi dari militer serta menuntastan kejahatan kemanusiaan di tanah Papua. TEMPO/Aris Novia Hidayat
Mahasiswa Berdemo Tuntut Jokowi Tarik Militer dari Papua  

Para mahasiswa yang berdemo mengingatkan Jokowi kalau jumlah rakyat Papua yang terbunuh sejak 1 Mei 1963 mencapai 500 ribu jiwa.


TNI Tembak Warga di Timika, Ini Kronologi Versi Warga  

28 Agustus 2015

Prajurit TNI berjaga di kawasan Bandara Mulia, Puncak Jaya, Papua, (16/11). Wilayah tersebut memang kerap mengalami gangguan keamanan. ANTARA/Andika Wahyu
TNI Tembak Warga di Timika, Ini Kronologi Versi Warga  

Penembakan itu dilakukan dua pemuda mabuk yang belakangan diketahui anggota TNI di Mimika


Anak-anak Papua Akan Disekolahkan di Bandung  

14 Agustus 2015

Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi Gubernur Papua Lukas Enembe dan Ketua Lembaga Masyarakat Adat Papua (LMA) Lenis Kogoya (kanan) meletakkan batu pertama pembangunan pasar Praha, Sentani, Jayapura, 28 Desember 2014. Dalam kunjungan kerjanya di Papua ini, Jokowi melakukan peletakan batu pertama pembangunan pasar di Papua yang dipusatkan di pasar Praha Sentani, Kabupaten Jayapura. ANTARA/Evarukdijati
Anak-anak Papua Akan Disekolahkan di Bandung  

Staf Khusus Presiden Jokowi untuk urusan Papua ingin memboyong anak-anak Papua belajar sampai sarjana di Bandung.


KSAD: Kodam Baru di Papua Selesai Januari 2016

30 Mei 2015

Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Gatot Nurmantyo, beri keterangan pers usai Rapat Pimpinan TNI AD, di Balai Kartini, Jakarta, 8 Januari 2015. TEMPO/Imam Sukamto
KSAD: Kodam Baru di Papua Selesai Januari 2016

Nama Kodam baru di Papua belum ditentukan. Penetapan nama diserahkan pada masyarakat Papua.