TEMPO Interaktif, Cirebon:Preman masih berkeliaran, penumpang bus takut melewati jalur Pantai Utara atau Pantura terutama pada malam hari. Preman yang seringkali berprofesi sebagai pengamen ini selalu memaksa penumpang untuk memberi uang kepada mereka.
Seperti diungkapkan Herman, penumpang yang hendak pulang ke Tegal dari Jakarta. "Kemarin saya berangkat ke Jakarta dan melewati pantura Cirebon pada malam hari," katanya. Saat sampai di terminal, ia dimintai uang oleh beberapa pengamen yang naik ke bus. Herman mengaku sebelumnya ia memberikan uang Rp 1.000 kepada mereka. Namun mereka menolaknya. "Mereka memaksa meminta lebih dan akhirnya saya pun menambah lagi. Saya kasih Rp 5 ribu kepada mereka," katanya.
Setelah bus berangkat dari terminal bus, tepatnya di daerah Plered, Kabupaten Cirebon, bus pun kembali berhenti. "Biasa, ngetem," katanya. Pengamen secara berkelompok pun naik ke bus. Tampangnya, lanjut Herman, mengerikan. Badan mereka penuh tatto. Usai bernyanyi, mereka meminta uang secara paksa kepada penumpang. "Bahkan penumpang yang tidur dipaksa bangun oleh mereka," katanya. Ia bahkan sempat melihat senjata tajam terselip dipinggang belakang seorang pengamen.
Tidak hanya di jalur pantura Cirebon, di jalur pantura Indramayu pun pemalakan secara paksa juga dilakukan dengan modus yang sama, yaitu mengamen.
Kasno, penumpang lainnya mengatakan, "Pemberantasan preman itu hangat-hangat tahi ayam. Mereka semakin berani meminta uang secara paksa kepada penumpang," katanya.
Pemalakan tersebut tersebut hampir terjadi di sepanjang jalur pantura. Diantaranya di terminal, daerah Kedawung, Plered dan Palimanan, Kabupaten Cirebon dan di Celeng dan Losarang di Kabupaten Indramayu. "Rata-rata yang kena penumpang kelas ekonomi," kata Kasno.
Sementara itu Kepala Polisi Wilayah Cirebon, Komisaris Besar Polisi Tugas Dwi Apriyanto, hingga berita ini diturunkan tidak bisa dikonfirmasi. Begitu juga dengan Kepala Sub Bagian Reskrim kepolisian wilayah Cirebon, Komisaris Polisi Subakir.
IVANSYAH