TEMPO Interaktif, Tangerang:Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta tak terlalu cepat mengatakan Indonesia mengalami krisis ekonomi. Alasannya, meski dunia sedang terkena krisis keuangan global, namun kondisi itu belum termasuk dalam kategori krisis ekonomi.
"Apalagi untuk negara kita," kata Yudhono saat meresmikan Masjid Bani Umar, Graha Bintaro, Tangerang, Jawa Barat, Jum'at (10/10). "Jangan juga terlalu cepat mengatakan Indonesia sudah terkena krisis ekonomi.
Sejak empat hari lalu, Presiden meminta pasar tenang, rasional, jernih menyikapi krisis keuangan Amerika Serikat dan krisis global. Sambil, kata presidne, mencari upaya perekonomian tak terganggu dan tak terancam dampak krisis keuangan global. Sebab tahun terakhir ini perekonomian berada dalam keadaan baik.
Ia meminta semua pihak mendukung langkah pemerintah, Bank Indonesia, dan dunia usaha, meminimalisir secara pasti pengaruh krisis keuangan global terhadap perekonomian. "Kita kurangi (dampaknya)," kata dia.
Ia mengatakan di negara manapun krisis keuangan akan berpengaruh pada sektor riil. Pemerintah, Bank Indonesia, dan semua pihak, termasuk dunia usaha, kata presiden, akan menjaga sektor riil tetap bergerak. Pemerintah akan terus mengeluarkan kebijakan, regulasi, solusi agar semuanya tetap bergerak.
Presiden mengingatkan pasar modal tak mengambarkan seluruh ekonomi nasional. "Berpengaruh, iya. Tetapi mengukur ekonomi nasional bukan hanya dilihat dari pasar modal," kata dia.
Ia melanjutkan, pemerintah tetap memprioritaskan kebijakan pro-rakyat. Caranya, memastikan program pendidikan, kesehatan, ekonomi di daerah tetap berjalan. Anggaran program pro rakyat ini sebesar Rp 290 triliun. "Satu likuiditas yang cukup besar," katanya.
Bulan Oktober ini, kata dia, pemerintah mempercepat pengeluaran anggaran Rp 25,9 triliun. Sehingga pada periode Januari-Oktober sudah mengalir Rp 173 triliun. "Hampir 60 persen," katanya.
Ninin Damayanti